TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL
Individu berkembang melalui serangkaian tahap psikoseksual. Dimana pada tiap tahap terdapat bagian tubuh tertentu yang paling sensitif terhadap pembangkitan atau kegairahan seksual dan merupakan bagian yang paling dapat memuaskan
· Tokoh utama : SIGMUND FREUD
1. TAHAP ORAL (< 2 TH)
· Pemuasan berasal dari daerah mulut. Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makanan. Makan meliputi stimulasi sentuhan terhadap bibir dan rongga mulut serta menelan atau menghisap, dan jika makanan tidak menyenangkan, maka akan memuntahkan keluar. Setelah gigi tumbuh maka mulut dipakai untuk menggigit dan mengunyah.
· Dua aktivitas oral ini yaitu menelan makanan dan menggigit merupakan dasar bagi ciri karakter yang berkembang kemudian.
· Contoh:
a. Orang yang mudah ditipu menunjukkan adanya fiksasi dalam tahap perkembangan fase oral. Individu ini akan menelan semua apa yang dikatakan orang. Individu tersebut mengalami kepuasan pada saat fase oral sehingga tidak mau berkembang ke fase berikutnya.
b. Orang yang suka berdebat atau mengkritik orang, juga mengalami gangguan dalam fase oralnya.
2. TAHAP ANAL (2 – 3 TH)
· Pemuasan berasal dari daerah anus, berhubungan dengan aktifitas pembuangan atau pengeluaran kotoran (faeses). Setelah makanan dicernakan, maka makanan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara refleks akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu.
· Pengeluaran fases menghilangkan sumber ketidaknyamanan dan menimbulkan perasaan lega (kenikmatan).
· Anak mendapatkan pembiasaan akan kebersihan (toilet training) dan anak mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan pengaturan atas suatu impuls instingstual dari pihak luar. Ia belajar menunda kenikmatan yang timbul dengan belajar menunda pengeluaran faeses tersebut.
· Pengaruh ibu dalam memberikan toilet training cukup besar dan hal itu berpengaruh pada munculnya sejumlah ciri kepribadian.
· Contoh:
a. Jika ibu sangat keras dan represif dalam toilet training, si anak bisa sangat kuat menahan faeses dan bisa sembelit. Kalau hal itu digeneralisasikan ke cara bertingkah laku yang lain, mungkin ia bisa menjadi sangat kikir atau keras kepala. Atau sebaliknya karena himpitan cara yang represif itu, anak bisa melampiaskan kemarahannya dengan mengeluarkan faeses pada saat yang tidak tepat. Dan ini merupakan bentuk dari segala macam sifat ekspulsif seperti kekejaman, anarkis, merusak membabi buta, ledakan-ledakan amarah dan sifat jorok.
b. Jika ibu dengan sabar membujuk anak untuk buang air besar dan memberikan pujian jika anak melakukan dengan benar, maka anak akan belajar bahwa aktivitas membuang faeses adalah sangat penting. Ini bisa menjadi dasar bagi munculnya kreativitas dan produktivitas.
3. TAHAP PHALIC (3 – 5/6 TH)
· Pemuasan berasal dari rangsangan terhadap alat kelamin. Pusat dinamika dalam tahap perkembangan ini adalah perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan bekerjanya fungsi genital.
· Merupakan tahap perkembangan yang paling krusial. Anak mengembangkan suatu perasaan ketertarikan secara seksual terhadap orang tua yang berlainan jenis dan permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya, anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan mengenyahkan ibunya. Pada anak laki-laki keadaan tersebut mengacu pada istilah oedipus complex dan pada perempuan adalah electra complex.
· Oedipus complex. Adanya hasrat seks terhadap ibu dan kebencian terhadap ayah menyebabkan konflik anak dengan orang tua. Ayah dianggap sebagai saingan dalam mendapatkan cinta dari ibunya. Anak akan semakin takut dan jika ayahnya adalah seorang yang keras dan otoriter. Anak takut bahwa ayahnya akan menghilangkan organ genitalnya sebagai sumber dari kenikmatan. Pemikiran itu muncul karena anak mengira bahwa ayahnya cemburu pada dirinya yang jatuh cinta pada sang ibu. Ketakutan tersebut disebut castration anxiety, yang menyebabkan si anak merepresikan hasrat seksnya pada ibu dan rasa permusuhan pada ayah. Kecemasan itu juga membuat anak laki-laki mengidentifikasikan diri dengan ayahnya. Dengan begitu, si anak secara tidak langsung memperoleh pemuasan bagi impuls seksnya pada ibu. Pada saat yang sama, perasaan erotisnya yang membahayakan ibunya dirubah menjadi sikap kasih sayang yang lembut dan tidak membahayakan. Pada perkembangan Oedipus complex inilah merupakan benteng pertahanan bagi munculnya incest dan agresi.
· Electra complex. Pada awalnya anak perempuan juga cinta pada ibunya, tapi kemudian dia mengganti objek cintanya dengan yang baru yakni ayah. Hal itu terjadi sebagai reaksi kekecewaannya ketika ia mengetahui bahwa anak laki-laki mempunyai alat kelamin yang menonjol yaitu penis sedangkan ia hanya memiliki sejenis rongga. Penemuan itu menimbulkan konsekuensi:
a. Ia menganggap ibunya adalah penyebab keadaannya ini sehingga cintanya pada ibu melemah.
b. Ia mentransfer cintanya pada ayah, karena ayah memiliki organ yang ingin dimilikinya.
Hal itu menimbulkan suatu keadaan yang disebut penis envy (sejajar dengan keadaan castration anxiety pada anak laki-laki. Anak perempuan merasa iri soal penis terhadap laki-laki. Ia membayangkan bahwa ia kehilangan sesuatu yang berharga sedangkan anak laki-laki takut kehilangan itu. Berbeda seperti kompleks pada laki-laki yang direpresikan dan diubah, pada perempuan, kompleks ini bersifat menetap dan tidak direpresikan kuat-kuat. Dipercaya bahwa perbedaan hakikat kompleks ini menjadi dasar perbedaan psikologis laki-laki dan perempuan.
4. TAHAP LATENCY (6 – 12 TH)
· Masa-masa penurunan dorongan id, anak-anak berperilaku aseksual (tidak berhubungan dengan seksual). Anak kemudian menurunkan kecemasannya dengan mengidentifikasikan pada orang tua yang sama. Mereka kemudian berkembang menjadi lebih tenang, belajar sosialisasi, pengembangan kemampuan, dan belajar banyak hal tentang diri dan lingkungan sosialnya.
5. TAHAP GENITAL (> 12 TH)
· Merupakan tanda pubertas dan kematangan seksual remaja. Terdapat dominasi terhadap ketertarikan seksual pada lawan jenis.
· Remaja mulai tertarik kepada orang lain bukan karena cinta diri (narsisistik) seperti tahap pra genital, tapi karena daya tarik seksual, sosialisasi, kegiatan kelompok, perencanaan karir dan muncul persiapan untuk menikah serta membangun rumah tangga.
· Pada akhir masa remaja, hal-hal tersebut sudah cukup stabil dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan. Individu mengalami transformasi dari bayi narsisistik serta memburu kenikmatan menjadi orang dewasa yang memasyarakat dan berorientasi pada kenyataan.
· Fungsi biologis dari tahap genital adalah reproduksi dan aspek psikologis membantu mencapai tujuan ini dengan memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.
· Impuls pada tahap pra genital tidak digantikan oleh tahap genital tapi disintesiskan menjadi satu pada tahap genital.
No comments:
Post a Comment