Showing posts with label Pemrosesan Informasi. Show all posts
Showing posts with label Pemrosesan Informasi. Show all posts

Fungsi-fungsi Dari Ketiga Macam Memori ( Sensory-Register atau Sensory Memory, Short-term memory, Long-term Memory )

Fungsi-fungsi dari ketiga macam memori sensory-register atau sensory memory, short-term memory, long-term memory 

Atkinson dan Shiffrin tersebut pada dasarnya sama dengan tiga memori dari Howard yaitu: sensory-register, working memory dan long-term memory . Perbedaannya terletak pada pandangan Atkinson dan Shiffrin mengenai adanya fungsi kontrol yang digambarkan secara tersendiri sebagai salah satu bagian dari struktur model. Howard tidak membuat bagian tersendiri dalam modelnya, tetapi dalam uraiannya menjelaskan fungsi kontrol dianalogkan dengan program komputer yang mengatur atau mengontrol alur informasi dalam arti menyimpan dan mengolah guna pemecahan masalah yang dihadapi. Sedang Atkinson dan Shiffrin menjelaskan fungsi kontrol meliputi:
a) Maintenance rehearsal yang berfungsi mengulang-ulang informasi supaya tetap berada pada pusat perhatian.
b) Elaborasi yang berfungsi mengaitkan informasi yang sudah diulang-ulang dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah ada sebelumnya.
c) Rekonstruksi yang berfungsi mengaitkan informasi baru dengan informasi lama, berarti mengintegrasikan informasi baru ke dalam memori.
d) Organisasi yang berfungsi sebagai proses yang mengatur informasi, mengklasifikasikan dan memberi label atau simbol pada masing-masing kelas yang dapat membantu proses retrieval (proses pengeluaran kembali informasi yang disimpan dalam long-term memory) (Djiwatampu, 1993).
 
Dalam pemrosesan informasi, dijelaskan oleh Howard (1983) dan Atkinson & Shiffrin (dalam Berk, 1989, dalam Djiwatampu, 1993) bahwa pemrosesan informasi terdiri 3 subsistem yaitu register sensorik (sensory registers), memori yang bekerja (working memory) atau memori jangka pendek (short-term memory) dan memori jangka panjang (long-term memory). Fungsi register sensorik adalah menyimpan informasi walaupun dengan durasi waktu yang sangat singkat. Fungsi memori yang bekerja adalah menyimpan informasi dalam waktu yang lebih lama; terutama bila dilakukan latihan (rehearsal), maka informasi tidak mudah dilupakan. Penyimpanan informasi tidak dalam bentuk aslinya, tetapi dengan pengkodean (coding ). Memori jangka panjang berfungsi menyimpan informasi secara permanen (tetap), dan fungsi paling pentingnya adalah melakukan semantik (semantic ) atau pemberian makna terhadap suatu memori. Di samping itu juga memori jangka panjang berfungsi melakukan pengkodean (coding) dan berfungsi sebagai prosedur (procedures ) atau proses kontrol. Fungsi sebagai prosedur ini dapat disamakan dengan komputer. Komputer tidak hanya berfungsi menyimpan data tetapi juga sebagai program memanipulasi data sehingga memori jangka panjang mampu memecahkan masalah dalam berbagai bidang. Atau dengan kata lain melakukan proses kontrol (control processes ) yang dapat dianalogikan dengan program komputer yang mengontrol alur informasi sehingga informasi disimpan dalam memori jangka panjang, dan dapat digunakan bila diperlukan. Memori jangka panjang juga merupakan strategi memecahkan masalah, mengingat kembali (recalling), memahami dan menghasilkan bahasa. Dalam pemrosesan informasi ini ada fungsi yang lain lagi yang disebut pengenalan pola (pattern recognation) yang intinya berfungsi melakukan identifikasi susunan stimulus sensorik yang kompleks.

Teori Pemrosesan Informasi

 Teori Pemrosesan Informasi 

Pemrosesan informasi merupakan suatu sistem yang terdiri tiga subsistem yaitu: Register Sensorik (Sensory Registers), Memori yang bekerja (Working Memory), Memori Jangka Panjang (Long – Term Memory) (Howard, 1983). Bagaimana fungsi masing-masing subsistem dan bagaimana saling keterkaitannya akan diuraikan sebagai berikut:

1) Fungsi Register Sensorik (Sensory Registers)

Register Sensorik ini berfungsi menyimpan informasi yang berbentuk stimulus baik yang bersifat visual, auditori dan tactile berdasarkan kejadian yang dialami. Salah satu karakteristik register sensorik adalah bahwa penyimpanan, durasi waktu sangat singkat. Karena informasi yang masuk ke dalam register sensorik ini berjalan terus atau dengan kata lain bertambah terus, maka register sensorik memiliki mekanisme agar terjadi interferensi atau pergantian (displacement) dan pembusukan secara otomatis (automatic decay ). Stimulus yang baru tidak dapat disimpan terus-menerus dalam register-sensorik karena ia tidak memiliki strategi untuk mempertahankan agar informasinya tidak tergantikan atau membusuk. Karena singkatnya waktu penyimpanan informasi, maka jelas perlu adanya subsistem lain yang berfungsi menyimpan informasi yaitu memori.

2) Fungsi Memori yang Bekerja (Working Memory)

Memori yang bekerja berfungsi mempertahankan (hold) informasi dan memiliki karakteristik terpenting yaitu terbatasnya kapasitas (limited capacity). Maka apabila kapasitas memori telah tercapai, penambahan memori baru mengakibatkan beberapa memori akan tergantikan. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya peristiwa yang disebut lupa. Namun apabila memori ini terus-menerus dilatih (rehearsed) dan kapasitas memorinya tidak terlampaui maka memori dapat dipertahankan. Jika register sensorik mampu menyimpan contoh dari stimulusnya, maka bentuk representasi dari suatu memori dapat berbeda dengan bentuk eksternalnya. Contoh bila stimulus berbentuk visual seperti gambar maka memori memberikan penyandian atau pengkodean yaitu nama gambar tersebut (verbal representation).

Pengkodean seperti ini merupakan bentuk representasi dari bekerjanya subsistem memori. Namun pengkodean dalam memori yang bekerja bukan hanya berbentuk verbal, tetapi juga visual (terutama untuk stimulus yang tidak dapat diberikan dengan label, contohnya wajah seorang yang baru dikenal) dan memori yang bekerja berfungsi juga sebagai semantik (semantic) yang berarti representasi makna suatu memori.

3)  Fungsi Memori Jangka Panjang (Long-Term Memory)

        Memori Jangka Panjang berfungsi menyimpan secara permanen keseluruhan pengetahuan individu. Ini berarti memori yang telah lama disimpan dalam memori jangka panjang, tidak akan pernah terhapus. Kadangkala individu kesulitan mencari memori yang sudah lama tersimpan, misalnya pada waktu ujian. Tetapi pada waktu keluar dari ruang ujian, jawaban ujian tersebut tiba-tiba muncul. Fungsi paling penting dari memori jangka panjang adalah semantik yaitu menyimpan makna dari suatu kata dan pengalaman. Memori jangka panjang juga melakukan pengkodean (coding ). Kadangkala individu tidak dapat menyimpan informasi yang tidak dapat dikodekan secara verbal. Contoh kita dapat mengenali wajah seseorang, meskipun kita tidak dapat mengingat nama pemilik wajah tersebut. Memori jangka panjang tidak hanya berfungsi menyimpan kenyataan (fact ) tetapi juga berfungsi sebagai prosedur (procedures ). Seperti halnya dengan komputer tidak hanya berfungsi sebagai penyimpan data tetapi juga berfungsi sebagai program memanipulasi data, demikian juga memori jangka panjang, tidak hanya memiliki fungsi menyimpan data tetapi juga memiliki kemampuan mengolah data dan fungsi inilah yang disebut prosedur, sehingga individu mampu memecahkan berbagai persoalan/permasalahan dalam berbagai bidang.

        Pemrosesan informasi sebagai suatu sistem memiliki proses kontrol (control processes ) yang analog dengan program komputer. Proses kontrol ini berfungsi untuk mengatur atau mengontrol alur informasi dalam sistem pemrosesan informasi. Proses kontrol merupakan strategi atau “program” yang disimpan dalam memori jangka panjang dan dapat digunakan jika diperlukan. 

        Proses kontrol ini merupakan prosedur yang termasuk juga salah satu fungsi memori jangka panjang seperti telah diutarakan. Secara lebih rinci proses kontrol ini berfungsi sebagai strategi dalam memecahkan masalah, mengingat kembali memori (recalling), dan strategi untuk memahami dan menghasilkan bahasa (dalam arti speech ) (Howard, 1983).


 Di samping Howard, akan diuraikan pandangan Atkinson dan Shiffrin (dalam Berk, 1989). Kedua tokoh tersebut mengembangkan model struktural yaitu model yang menerangkan tahap-tahap dalam sistem pemrosesan informasi pada manusia dan mekanisme kontrolnya. Model tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu: register sensoris (sensory-register atau sensory memory), memori jangka pendek (short-term memory) dan memori jangka panjang (long-term memory) yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Model ini juga menunjukkan adanya proses kontrol dalam pemrosesan informasi, misalnya melakukan maintenance rehearsal , elaborasi, rekonstruksi dan organisasi. Bentuk model struktural tersebut tertera dalam gambar dibawah





Pendekatan Kognisi (Pemrosesan Informasi)

 

Pendekatan Kognisi

Menurut Darlene V. Howard (1983) pandangan dari pendekatan kognisi dapat dikemukakan sebagai berikut:

Pertama, pendekatan kognisi lebih menekankan pada cara mengetahui (knowing) dan bukan cara memberikan respon (responding) . Pendekatan ini memilik kecenderungan untuk menemukan cara ilmiah dalam proses mental seorang individu dalam upaya memperoleh penguasaan (acquisition) dan pengaplikasian (application) pengetahuan. Ini berarti penekanan pendekatan kognitif bukan terletak pada hubungan stimulus-respon tetapi pada apa yang terjadi dalam proses mental tersebut. Atau dengan kata lain lebih banyak mempergunakan pikiran (mind) dan bukan dengan tindakan/perbuatan (behavior). Descartes menyatakan: Cogito Ergo sum (“Saya berpikir, karena itu saya ada”), dan bukan “Saya berbuat/bertindak, maka saya ada”.

Kedua, pendekatan kognisi lebih menekankan pada struktur mental atau pengaturan/pengorganisasian. Penekanan tentang fungsi pengaturan ini dijelaskan oleh Jean Piaget yang telah memberikan kontribusinya dalam pengertian tentang perkembangan manusia khususnya perkembangan kognisi. Piaget menyatakan bahwa semua makhluk hidup dilahirkan dengan keahlian yang berbeda, yaitu keahlian untuk mengatur pengalaman, dan keahlian ini merupakan faktor pendorong (impetus) dalam perkembangan kognisi.

Ketiga, pendekatan kognisi mempersepsikan individu sebagai makhluk yang aktif, konstruktif, berencana dan bukan makhluk yang pasif menerima stimulus dari lingkungan. Para ahli teori kognisi memandang individu sebagai pelaku aktif dalam proses pemerolehan dan aplikasi pengetahuan. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa manusia harus melakukan analisis tentang strategi yang digunakan dalam berpikir, mengingat, memahami dan juga dalam menghasilkan bahasa (producing language).

Selanjutnya menurut Howard (1983) selain bahwa kognisi memiliki tiga ciri sebagai telah diuraikan di atas, teori kognisi, yang dapat juga disebut sebagai teori pemrosesan informasi, memiliki tiga asumsi sebagai berikut:

Pertama, asumsi yang menyatakan bahwa antara stimulus dan respon terdapat rangkaian tahapan pemrosesan (a series of stages of processing) yang tiap tahapnya memerlukan jumlah waktu yang pasti.

Kedua, asumsi yang menyatakan bahwa jika stimulus diproses melalui tahapan tersebut, maka bentuk dan isi (form and content) stimulus diasumsikan telah melalui sejumlah tahapan perubahan atau transformasi.

Ketiga, asumsi yang menyatakan bahwa setiap tahapan dari sistem pemrosesan memiliki kapasitas terbatas, dalam arti adanya batasan dalam jumlah pemrosesan yang dilakukan secara berkesinambungan. Menurut pendekatan pemrosesan informasi ini, penentuan rangkaian tahapan yang membentuk satu kognisi dan penentuan sifat dari perubahan atau transformasi yang terjadi pada tahap tersebut, sangat penting untuk dapat memahami sifat kognisi manusia.

Pemrosesan Informasi



Dalam pemrosesan informasi, dijelaskan oleh Howard (1983) dan Atkinson & Shiffrin (dalam Berk, 1989, dalam Djiwatampu, 1993) bahwa pemrosesan informasi terdiri 3 subsistem yaitu
  1. register sensorik (sensory registers), 
  2. memori yang bekerja (working memory) atau memori jangka pendek (short-term memory) dan 
  3. memori jangka panjang (long-term memory). 
Fungsi register sensorik adalah menyimpan informasi walaupun dengan durasi waktu yang sangat singkat. Fungsi memori yang bekerja adalah menyimpan informasi dalam waktu yang lebih lama; terutama bila dilakukan latihan (rehearsal), maka informasi tidak mudah dilupakan. Penyimpanan informasi tidak dalam bentuk aslinya, tetapi dengan pengkodean (coding).

Memori jangka panjang berfungsi menyimpan informasi secara permanen (tetap), dan fungsi paling pentingnya adalah melakukan semantik (semantic) atau pemberian makna terhadap suatu memori. Di samping itu juga memori jangka panjang berfungsi melakukan pengkodean (coding) dan berfungsi sebagai prosedur (procedures) atau proses kontrol.

Fungsi sebagai prosedur ini dapat disamakan dengan komputer. Komputer tidak hanya berfungsi menyimpan data tetapi juga sebagai program memanipulasi data sehingga memori jangka panjang mampu memecahkan masalah dalam berbagai bidang. Atau dengan kata lain melakukan proses kontrol (control processes) yang dapat dianalogikan dengan program komputer yang mengontrol alur informasi sehingga informasi disimpan dalam memori jangka panjang, dan dapat digunakan bila diperlukan.

Memori jangka panjang juga merupakan strategi memecahkan masalah, mengingat kembali (recalling), memahami dan menghasilkan bahasa. Dalam pemrosesan informasi ini ada fungsi yang lain lagi yang disebut pengenalan pola (pattern recognation) yang intinya berfungsi melakukan identifikasi susunan stimulus sensorik yang kompleks.

Kenali Kepribadianmu Dengan Big Five

✨ “Kenali Kepribadianmu dengan Big Five!” ✨ 🔹 1. Neurotisisme – Cemas & mudah gugup (Kebaikan) ↔ Tenang & percaya diri 🔹 2. Ekstra...