Psikologi Individual dari Adler
Untuk menggambarkan teorinya, Adler mengawali dengan kisah sbb.:
Tiga orang anak diajak oleh ibunya berkunjung ke kebun binatang untuk pertama kalinya. Ketika mereka sampai di depan kandang singa, salah satu anak bersembunyi di balik punggung ibunya dan berkata “Aku mau pulang”. Anak kedua, menjadi sangat pucat dan gemetar, dan mengatakan “Aku tidak terlalu takut”. Anak ketiga, dengan galak membelalakkan mata terhadap singa itu, dan mengatakan “Bolehkah aku meludahinya ?”. Ketiga anak tersebut merasa tidak berdaya / inferior ketika melihat singa di kandang, tetapi masing-masing mengekspresikan perasaannya dengan caranya sendiri-sendiri, sesuai dengan gaya hidup (style of life)–nya.
Dengan kisah tersebut Adler mau menggambarkan bahwa sepanjang hidupnya orang selalu berjuang untuk mengatasi rasa inferiornya. Untuk memepertegas perbedaan antara konsepnya dengan konsep Freud dan Jung, Adler menekankan bahwa perjuangan individu mengatasi inferioritas tersebut merupakan dorongan hidup yang paling mendasar. Dengan dorongan tersebut orang akan berusaha terus menerus untuk mencapai “superioritas” dan “penguasaan atas dunia di luar dirinya”. Jika seseorang mengalami kegagalan berulang-ulang dalam mengatasi kelemahan dan penguasaan atas dunia luar, maka orang tersebut dapat mengalami hal yang disebut Adler sebagai inferiority complex (kompleks inferioritas). Istilah ini hingga saat ini terus digunakan di dunia psikologi. Adler juga menekankan konsep compensation (kompensasi) dan overcompensation (overkompensasi), yaitu pengejaran aktivitas yang dimaksudkan untuk mengatasi inferioritas (misalnya, meludahi singa dalam cerita tersebut di atas). Konsep kompensasi ini sangat bersesuaian dengan pengalaman Adler yang di masa kecil mengalami sakit kronis, lemah, dan dibayangi kematian. Ia berkompensasi dengan membuat pilihan karir sebagai dokter untuk mengatasi kematian dan ketakutan terhadap kematian.
Konsep kedua dari Adler yang tercermin dalam kisah tersebut di atas adalah tentang style of life (gaya hidup). Tiap-tiap individu menciptakan cara pendekatan pribadinya sendiri terhadap kehupan. Gaya hidup yang sangat individual ini berkembang dari perasaan unik individu mengenai inferioritasnya dan juga strategi-strategi yang dikembangkannya untuk mengatasi inferioritas tersebut. Pada kisah anak-anak di kebun binatang tersebut di atas, nampak bahwa masing-masing anak mengembangkan metode coping (mengatasi masalah) yang unik terhadap rasa inferiornya ketika menghadapi singa. Konsep mengenai gaya hidup ini bersama dengan konsep sifat subjektif tujuan-tujuan hidup individu, mendorong Adler untuk menamai teorinya individual psychology.
Anak pertama mempunyai relasi yang spesial dan intensif dengan orang tuanya dan bahwa mereka cenderung lebih berorientasi pada prestasi dan kontrol diri dari pada saudara-saudaranya yang lahir kemudian. Dari daftar orang-orang yang berprestasi (Who’s Who) ternyata yang lebih banyak adalah anak-anak pertama; sedangkan anak-anak yang lahir kemudian cenderung kurang menyesuaikan diri dengan lingkungan, lebih ramah, dan lebih populer.
No comments:
Post a Comment