Persepsi Sosial

PERSEPSI SOSIAL

Bagaimana caranya kita memahami orang lain? Persepsi sosial kita tentang orang lain pada awalnya didasarkan pada informasi yang kita peroleh mengenai mereka (pembentukan kesan), dan pada beberapa contoh didasarkan pada atribusi (kesimpulan) yang kita buat tentang sebab-sebab perilaku mereka. Secara Persepsi kita tentang perasaan dan kepribadian yang menjadi penyebab perilaku orang lain akan menuntun kita dalam memutuskan bagaimana kita akan merespon mereka dan hubungan seperti apa yang akan kita jalin dengan mereka.

1. Pembentukan Kesan

Pembentukan kesan tentang orang lain merupakan sesuatu yang sangat alami seperti halnya bernafas, sehingga kita hanya memikirkan prosesnya apabila terjadi suatu kesalahan. Pemebentukan kesan adalah proses di mana informasi tentang orang lain diubah ke dalam kognisi atau pikiran tentang mereka yang relatif menetap.  

Bila kita bertemu dengan seseorang, kita mempertimbangkan informasi-informasi : bagaimana penampilannya, apa yang ia lakukaan, apa yang ia katakan, dsb. Informasi-informasi tersebut tidak membanjiri kognisi kita secara berlimpah-limpah, melainkan kita kelompokkan ke dalam kategori-kategori yang memprediksikan/meramalkan hal-hal yang kita anggap penting.

Kategori-kategori tersebut serta hubungan-hubungan-nya yang dapat dirasakan, membentuk dasar cognitive framework (kerangka kerja kognitif) yang berguna untuk memahami orang lain. Kategori-kategori kognitif tersebut dapat meliputi karakteristik-karakteristik seperti jenis kelamin  (pria, wanita), peran pekerjaan (sopir, guru, dsb), peran sosial (sahabat, tetangga, dsb), ciri-ciri kepribadian (dominan, cerewet, dsb), atau ciri-ciri fisik (tinggi, gemuk, dsb.)

Hubungan antar kategori-kategori tersebut akan menentukan prediksi yang kita buat tentang seseorang ketika kita hanya memiliki informasi yang terbatas. Misalnya, anda berpikir bahwa orang yang mengenakan kacamata itu cerdas, kemudian kapanpun anda bertemu dengan orang yang memakai kacamata  anda anggap orang tersebut cerdas.

Ada tiga model kerangka kerja kognitif yang kita gunakan untuk memahami orang lain, yaitu Implicit Personality Theori (Teori Kepribadian Implisit), Combining Information (Penggabungan Informasi), dan Stereotype (Stereotip).

a. Impicit Personality Theory. 
     Untuk memahami orang lain, kategori yang sering digunakan adalah trait (ciri-ciri sifat). Trait merupakan skema klasifikasi yang digunakan untuk menggambarkan perilaku individu. Misalnya, asertif (tegas), bersahabat, tepat waktu, banyak bicara, dsb.
Trait  dapat kita rasakan saling berhubungan, dan terdapat pengelompokan-pengelompokan trait. Misalnya, Anda mengasumsikan (beranggapan) bahwa orang yang asertif sekaligus juga ambisius; atau orang yang  cerdas sekaligus juga tekun. Hubungan antara sifat-sifat tersebut (trait) disebut Imlicyt Personality Theory, yang menegaskan bagaimana kerangka kerja kognitif kita menghasilkan ramalan-ramalan tentang orang lain di luar informasi yang kita terima.
Asumsi-asumsi yang kita buat mengenai orang lain dapat berupa asumsi yang unik yang dilandasi pengalaman khusus kita sendiri, atau berupa asumsi-asumsi yang dilandasi faktor budaya. Asumsi-asumsi yang dilandasi faktor budaya akan memiliki kesamaan dengan asumsi-asumsi yang dibuat oleh orang-orang lain yang berada dalam budaya yang sama dengan kita.
Teori Kepribadian Implisit membantu kita untuk menyederhanakan informasi yang kita terima dalam interaksi sosial, memperkaya cara kita mengartikan suatu peristiwa,  dan memandu kita dalam merespon orang-orang lain.

b. Combining Information.
    Saat kita bertemu dengan seseorang dan telah menentukan kira-kira bagaimana karakter orang itu, bagaimana cara kita memutuskan apakah kita akan melanjutkan hubungan dengan orang itu atau tidak ? Untuk memutuskannya, kita harus membuat perkiraan global tentang perasaan kita terhadap orang itu. Salah satu prosedur yang  dapat kita ikuti adalah dengan mengumpulkan karakter yang kita sukai dari orang itu. Jika ini kita lakukan, kita akan menemukan kesan yang lebih positif. Misalnya, jika kita menganggap orang itu baik dan jujur, akan kita temukan kesan yang lebih positif daripada jika kita menganggap dia hanya baik. Prosedur yang lain adalah kita merata-ratakan informasi tentang karakter yang ada. 
Dalam pembentukan kesan sering terjadi hal yang disebut primacy effect , yakni efek kesan pertama. Bahwa kesan pertama sangat menentukan pandangan terhadap seseorang. Hal ini terbukti dari hasil-hasil penelitian. Dengan demikian nampaknya masuk akal apabila banyak orang yang berusaha tampil secara khusus pada pertemuan pertama.
Dalam hal ini perlu dicatat juga bahwa kita sering lebih mementingkan informasi tentang sifat-sifat yang negatif dari pada yang positif.

c. Stereotype. Bisa klik disini

2. Atribusi. bisa klik disini

No comments:

Post a Comment

Dark Psychology (Narsissism)

Orang narsisis dikategorikan sebagai orang yang memiliki gambaran berlebihan tentang dirinya dan sering kecanduan berfantasi tentang dirinya...