Pendekatan Kognisi (Pemrosesan Informasi)

 

Pendekatan Kognisi

Menurut Darlene V. Howard (1983) pandangan dari pendekatan kognisi dapat dikemukakan sebagai berikut:

Pertama, pendekatan kognisi lebih menekankan pada cara mengetahui (knowing) dan bukan cara memberikan respon (responding) . Pendekatan ini memilik kecenderungan untuk menemukan cara ilmiah dalam proses mental seorang individu dalam upaya memperoleh penguasaan (acquisition) dan pengaplikasian (application) pengetahuan. Ini berarti penekanan pendekatan kognitif bukan terletak pada hubungan stimulus-respon tetapi pada apa yang terjadi dalam proses mental tersebut. Atau dengan kata lain lebih banyak mempergunakan pikiran (mind) dan bukan dengan tindakan/perbuatan (behavior). Descartes menyatakan: Cogito Ergo sum (“Saya berpikir, karena itu saya ada”), dan bukan “Saya berbuat/bertindak, maka saya ada”.

Kedua, pendekatan kognisi lebih menekankan pada struktur mental atau pengaturan/pengorganisasian. Penekanan tentang fungsi pengaturan ini dijelaskan oleh Jean Piaget yang telah memberikan kontribusinya dalam pengertian tentang perkembangan manusia khususnya perkembangan kognisi. Piaget menyatakan bahwa semua makhluk hidup dilahirkan dengan keahlian yang berbeda, yaitu keahlian untuk mengatur pengalaman, dan keahlian ini merupakan faktor pendorong (impetus) dalam perkembangan kognisi.

Ketiga, pendekatan kognisi mempersepsikan individu sebagai makhluk yang aktif, konstruktif, berencana dan bukan makhluk yang pasif menerima stimulus dari lingkungan. Para ahli teori kognisi memandang individu sebagai pelaku aktif dalam proses pemerolehan dan aplikasi pengetahuan. Lebih lanjut mereka berpendapat bahwa manusia harus melakukan analisis tentang strategi yang digunakan dalam berpikir, mengingat, memahami dan juga dalam menghasilkan bahasa (producing language).

Selanjutnya menurut Howard (1983) selain bahwa kognisi memiliki tiga ciri sebagai telah diuraikan di atas, teori kognisi, yang dapat juga disebut sebagai teori pemrosesan informasi, memiliki tiga asumsi sebagai berikut:

Pertama, asumsi yang menyatakan bahwa antara stimulus dan respon terdapat rangkaian tahapan pemrosesan (a series of stages of processing) yang tiap tahapnya memerlukan jumlah waktu yang pasti.

Kedua, asumsi yang menyatakan bahwa jika stimulus diproses melalui tahapan tersebut, maka bentuk dan isi (form and content) stimulus diasumsikan telah melalui sejumlah tahapan perubahan atau transformasi.

Ketiga, asumsi yang menyatakan bahwa setiap tahapan dari sistem pemrosesan memiliki kapasitas terbatas, dalam arti adanya batasan dalam jumlah pemrosesan yang dilakukan secara berkesinambungan. Menurut pendekatan pemrosesan informasi ini, penentuan rangkaian tahapan yang membentuk satu kognisi dan penentuan sifat dari perubahan atau transformasi yang terjadi pada tahap tersebut, sangat penting untuk dapat memahami sifat kognisi manusia.

No comments:

Post a Comment

Dark Psychology (Narsissism)

Orang narsisis dikategorikan sebagai orang yang memiliki gambaran berlebihan tentang dirinya dan sering kecanduan berfantasi tentang dirinya...