Emotional Quotient

Emotional Quotient 

Sebenarnya EQ (Emotional Quotient) adalah kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi anda adalah pada kejujuran suara hati anda. Suara hati itulah yang harusnya dijadikan pusat perinsip yang mampu memberi rasa aman, pedoman, kekuatan, serta kebijaksanaan. Menurut Covey, “Di sinilah anda berurusan dengan visi dan nilai anda. Di sinilah anda gunakan anugrah anda, kesadaran diri (self awareness) untuk memeriksa peta diri anda, dan jika anda menghargai prinsip yang benar, maka paradigma anda sesungguhnya berdasarkan pada prinsip dan kenyataan di mana suara hati berperan sebagai kompasnya.

Dari berbagai hasil penelitian, telah banyak terbukti bahwa kecerdasan emosi memiliki peran jauh lebih signifikan disbanding kecerdasan intelektual (IQ). IQ barulah sebatas syarat minimal meraih keberhasilan, namun kecerdasan emosilah yang mengantarkan seseorang menuju puncak prestasi. Sebaliknya banyak yang mempunyai kecerdasan intelektual biasa-biasa saja justru sukses menjadi bintang-bintang kinerja, pengusaha sukses dan pemimpin-pemimpin di berbagai kelompok

Pakar EQ, Goleman berpendapat bahwa meningkatkan kualitas kecerdasan emosi sangat berbeda dengan IQ. IQ umumnya tidak berubah selama kita hidup. Sementara kemampuan yang murni kognitif relative tidak berubah, maka kecakapan emosi dapat dipelajari kapan saja. Tidak peduli orang itu peka atau tidak, pemalu, pemarah atau sulit bergaul, dengan motivasi dan usaha yang benar, kita dapat mempelajari dan menguasai kecakapan tersebut. Sebuah pelatihan yang diikuti pesertanya dengan dilandasi kesadaran diri kuat, yang sesuai dengan suara hatinya, maka ia akan menjadi sebuah jawaban dari metode pembentukan karakter

Robert K Cooper PhD, dengan pendapatnya yang mengutip kata-kata Robert Frost, “Apa yang mereka tinggalkan di belakang dan acapkali mereka lupakan adalah aspek ‘hati’. Hal ini diperkuat oleh pendapat seorang psikolog dari Yale, Robert Stenberg, seorang ahli dalam bidang Successful Intelligence mengatakan “Bila IQ yang berkuasa, ini karena kita membiarkannya berbuat demikian. Dan bila kita membiarkannya berkuasa, kita telah memilih penguasa yang buruk.”

 

Dikutip dari buku : ESQ karya Ary Ginanjar Agustian

No comments:

Post a Comment

Dark Psychology (Narsissism)

Orang narsisis dikategorikan sebagai orang yang memiliki gambaran berlebihan tentang dirinya dan sering kecanduan berfantasi tentang dirinya...