TEORI-TEORI EMOSI
Teori-teori Yang Menghubungkan Emosi Dengan Kondisi Jasmani
· Teori James-Lange: Emosi dirasa sebagai “Persepsi Mengenai Perubahan-perubahan Kondisi Jasamani”. Hal ini didahului dengan pernyataan William James: “ kita sedih karena menangis, kita marah karena dipukul, kita takut karena gemetar. Kemudian pada akhir abad 19 James bersama Carl Lange (fisiologist dari denmark) mengusulkan urutan peristiwa dalam kondisi emosi: (1) kita merasakan situasi yang kemudian menghasilkan emosi; (2) kita bereaksi terhadap situasi tersebut; (3) kita memperhatikan reaksi kita. Persepsi terhadap reaksi inimerupakan dasar terjadinya emosi. Jadi, perasaan emosi terjadi setelah adanya perubahan jasmaniah (perubahan-perubahan di dalam sistem syaraf otonom atau gerakan-gerakan tubuh). Pertanyaan kita: dapatkah kita membedakan perubahan internal dan eksternal dari jasmani kita, khususnya jika emosi tidak terlalu intensif ?
· Teori Cannon-Bard: Perasaan Emosi dan Respon Jasmani Tidak Saling Tergantung (1920-an). Menurut teori ini pertama-tama kita merasakan emosi yang dihasilkan oleh situasi di luar diri kita; lalu otak bawah kita (hipothalamus) diaktifkan. Otak bawah ini kemudian mengirimkan output dalam dua arah: (1) kepada organ-organ internal dan otot-otot eksternal tubuh untuk menghasilkan ekspresi jasmani emosi; kepada korteks di mana output dari otak bawah dipersepsi sebagai perasaan emosi. Dengan demikian, reaksi tubuh tidak mendasari perasaan emosi. Namun demikian kita masih meragukan apakah persepsi terhadap aktivitas otak bawah mendasari perasaan emosi.
· Teori Schachter-Singer: Interpretasi Terhadap Arousal Jasmani (1962). Teori ini menyatakan bahwa emosi yang kita rasakan merupakan hasil interpretasi kita terhadap gejolak (arousal) pada jasmani kita. Urutan peristiwa terjadinya perasaan emosi menurut teori ini adalah: (1) persepsi terhadap situasi yang menghasilkan emosi; (2) kondisi gejolak jasmani yang dihasilkan dari persepsi tersebut yang sifatnya samar-samar/kabur; (3) interpretasi dan pemberian label terhadap kondisi jasmani sehingga sesuai dengan situasi yang dipersepsi
Teori Penilaian Kognitif
Teori dari Schachter dan Singer yang menyebutkan adanya persepsi sering disebut sebagai teori gognitif. Tokoh teori kognitif yang lain ialah Richard Lazarus (1970, 1984) dan kawan-kawan. Teori ini mengatakan bahwa emosi yang kita rasakan merupakan hasil penilaian atau evaluasi terhadap informasi yang datang dari situasi lingkungan dan dari dalam tubuh. Dikatakan sebagai teori cognitif karena menekankan penilaian terhadap beberapa sumber: lingkungan, tubuh, dan memori.
Teori Mengenai Hubungan Antar Emosi-emosi
Salah satu masalah di dalam studi mengenai emosi-emosi adalah bahwa emosi-emosi tersebut tidak jelas, saling bercampur-baur, dan secara konstan berubah. Robert Plutchik (1970, 1980) mengusulkan teori yang memberi gambaran adanya primary (dasar) emotions atau emosi-emosi dasar dan cara-cara mereka saling bercampur-baur.
Untuk menggambarkan hubungan antar emosi tersebut, Plutchik membedakan emosi-emosi tersebut dalam tiga cara : (1) intensitas (intensity), (2) kesamaan satu sama lain (similarity), dan polaritas (pengkutuban) atau sifat yang berlawanan. Ia menggunakan tiga dimensi ini untuk menggambarkan suatu model spatial yang mewakili hubungan antar emosi-emosi tersebut. Ada delapan segment dalam model ini antara lain : grief, sadness, dan pensiveness. Emosi yang paling kuat berada di paling atas
No comments:
Post a Comment