Showing posts with label psikoanalitik. Show all posts
Showing posts with label psikoanalitik. Show all posts

Teori Psikoanalitik dari Sigmund Freud (Kepribadian)

Teori Psikoanalitik dari Sigmund Freud

Individu berkembang melalui serangkaian tahap psikoseksual. Dimana pada tiap tahap terdapat bagian tubuh tertentu yang paling sensitif terhadap pembangkitan atau kegairahan seksual dan merupakan bagian yang paling dapat memuaskan

1.    Tahap Oral (< 2 TH)

· Pemuasan berasal dari daerah mulut. Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makanan. Makan meliputi stimulasi sentuhan terhadap bibir dan rongga mulut serta  menelan atau menghisap, dan jika makanan tidak menyenangkan, maka akan memuntahkan keluar.  Setelah gigi tumbuh maka mulut dipakai untuk menggigit dan mengunyah.

2. Tahap Anal (2 – 3 TH)

· Pemuasan berasal dari daerah anus, berhubungan dengan aktifitas pembuangan atau pengeluaran kotoran (faeses). Setelah makanan dicernakan, maka makanan menumpuk di ujung bawah dari usus dan secara refleks akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai taraf tertentu.

3. Tahap Phalic (3 – 5/6 TH)

· Pemuasan berasal dari rangsangan terhadap alat kelamin. Pusat dinamika dalam tahap perkembangan ini adalah perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan bekerjanya fungsi genital.

· Merupakan tahap perkembangan yang paling krusial. Anak mengembangkan suatu perasaan ketertarikan secara seksual terhadap orang tua yang berlainan jenis dan permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya, anak perempuan ingin memiliki ayahnya dan mengenyahkan ibunya.  Pada anak laki-laki keadaan tersebut mengacu pada istilah oedipus complex  dan pada perempuan adalah electra complex.

· Oedipus complex. Adanya hasrat seks terhadap ibu dan kebencian terhadap ayah menyebabkan konflik anak dengan orang tua.  Ayah dianggap sebagai saingan dalam mendapatkan cinta dari ibunya. Anak akan semakin takut dan jika ayahnya adalah seorang yang keras dan otoriter. Anak takut bahwa ayahnya akan menghilangkan organ genitalnya sebagai sumber dari kenikmatan. Pemikiran itu muncul karena anak mengira bahwa ayahnya cemburu pada dirinya yang jatuh cinta pada sang ibu. Ketakutan tersebut disebut castration anxiety, yang menyebabkan si anak merepresikan hasrat seksnya pada ibu dan rasa permusuhan pada ayah. Kecemasan itu juga membuat anak laki-laki mengidentifikasikan diri dengan ayahnya. Dengan begitu, si anak secara tidak langsung memperoleh pemuasan bagi impuls seksnya pada ibu. Pada saat yang sama, perasaan erotisnya yang membahayakan ibunya dirubah menjadi sikap kasih sayang yang lembut dan tidak membahayakan. Pada perkembangan Oedipus complex inilah merupakan benteng pertahanan bagi munculnya incest dan agresi.

· Electra complex. Pada awalnya anak perempuan juga cinta pada ibunya, tapi kemudian dia mengganti objek cintanya dengan yang baru yakni ayah. Hal itu terjadi sebagai reaksi kekecewaannya ketika ia mengetahui bahwa anak laki-laki mempunyai alat kelamin yang menonjol yaitu penis sedangkan ia hanya memiliki sejenis rongga. Penemuan itu menimbulkan konsekuensi:

a. Ia menganggap ibunya adalah penyebab keadaannya ini sehingga cintanya pada ibu melemah.

b. Ia mentransfer cintanya pada ayah, karena ayah memiliki organ yang ingin dimilikinya.

Hal itu menimbulkan suatu keadaan yang disebut penis envy (sejajar dengan keadaan castration anxiety pada anak laki-laki. Anak perempuan merasa iri soal penis terhadap laki-laki. Ia membayangkan bahwa ia kehilangan sesuatu yang berharga sedangkan anak laki-laki takut kehilangan itu. Berbeda seperti kompleks pada laki-laki yang direpresikan dan diubah,  pada perempuan, kompleks ini bersifat menetap dan tidak direpresikan kuat-kuat.  Dipercaya bahwa perbedaan hakikat kompleks ini menjadi dasar perbedaan psikologis laki-laki dan perempuan.

4. Tahap Latency (6 – 12 TH)

· Masa-masa penurunan dorongan id, anak-anak berperilaku aseksual (tidak berhubungan dengan seksual). Anak kemudian menurunkan kecemasannya dengan mengidentifikasikan pada orang tua yang sama. Mereka kemudian berkembang menjadi lebih tenang, belajar sosialisasi, pengembangan kemampuan, dan belajar banyak hal tentang diri dan lingkungan sosialnya.

5. Tahap Genital (> 12 TH)

· Merupakan tanda pubertas dan kematangan seksual remaja. Terdapat dominasi terhadap ketertarikan seksual pada lawan jenis.

· Remaja mulai tertarik kepada orang lain bukan karena cinta diri (narsisistik) seperti tahap pra genital, tapi karena daya tarik seksual, sosialisasi, kegiatan kelompok, perencanaan karir dan muncul persiapan untuk menikah serta membangun rumah tangga.

· Pada akhir masa remaja, hal-hal tersebut sudah cukup stabil dalam bentuk kebiasaan-kebiasaan. Individu mengalami transformasi dari bayi narsisistik serta memburu kenikmatan menjadi orang dewasa yang memasyarakat dan berorientasi pada kenyataan.

· Fungsi biologis dari tahap genital adalah reproduksi dan aspek psikologis membantu mencapai tujuan ini dengan memberikan stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.

· Impuls pada tahap pra genital tidak digantikan oleh tahap genital tapi disintesiskan menjadi satu pada tahap genital.

 

Dark Psychology (Narsissism)

Orang narsisis dikategorikan sebagai orang yang memiliki gambaran berlebihan tentang dirinya dan sering kecanduan berfantasi tentang dirinya...