RELASI SOSIAL (SOCIAL RELATIONSHIP)

 RELASI SOSIAL (SOCIAL RELATIONSHIP)

Para ahli Psikologi Sosial telah mempelajari sejumlah faktor yang membantu dalam menetapkan pembentukan dan pengelolaan relasi interpersonal (hubungan antar pribadi). Mengapa orang saling tertarik satu sama lain ? Proses-proses apa yang terjadi di dalam pembentukan hubungan-hubungan yang berkembang secara alamiah ? Berikut ini jawabannya.

1. Daya Tarik Antar Pribadi (Interpersonal Attraction)

Dalam kehidupan sehari-hari ada beberapa orang yang kita sukai dan merupakan teman yang baik, dan ada juga beberap orang yang tidak kita sukai dan kita hindari. Pertanyaannya adalah mengapa kita menyukai beberapa orang lebih dari yang lain ? Berikut ini adalah faktor-faktor khusus yang mempengaruhi perasaan kita untuk tertarik satu sama lain:

- Kedekatan Fisik (Proximity).  Hal ini dari penelitian Festinger (1950) terhadap penghuni sebuah kompleks perumahan yang formasinya membentuk huruf U, dan penghuni yang paling ujung bersebelahan dengan lapangan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa (a) persahabatan lebih sering terjadi antara tetangga yang bersebelahan rumah; (b) jarak semakin jauh (lebih dari empat rumah), persahabatan semakin jarang; (c) penghuni yang tinggal di ujung, temannya sekompleks lebih sedikit.  

Penelitian Festinger terhadap penghuni apartemen hasilnya sbb.: penghuni yang tinggal di dekat pintu masuk, dekat lift, dan kotak surat, terbukti lebih populer. Dengan demikian berarti bahwa meningkatnya frekuensi kontak antar individu juga meningkatkan kemungkinan berkembangnya persahabatan.

- Kesamaan Sikap (Attitude Similarity). Berbagai penelitian mengenai hubungan antara kesamaan sikap dengan ketertarikan menunjukkan hasil yang meyakinkan. Namun demikian berbagai studi tersebut sulit membedakan kesamaan sikap yang berkembang sebelum perkawinan/persahabatan dengan kesamaan sikap yang berkembang sebelum perkawina/persahabatan. Dalam hal ini masih perlu eksperimen yang memastikan masing-masing: (a) pengaruh kesamaan sikap terhadap perkawinan/persahabatan; (b) pengaruh perkawinan/persahabatan terhadap kesamaan sikap. 

- Daya Tarik Fisik (Physical Attractiveness).  Peranan daya tarik fisik terhadap ketertarikan ditunjukkan dengan jelas dari hasil penelitian Walster dkk. (1966): Di sebuah Universitas yang besar di AS diselenggarakan computer dance. Pasangan dansa ditentukan secara random dengan menggunakan  komputer. Setelah berdansa, partisipan ditanyai mengenai sejauh mana dia menyukai kencannya tersebut dan keinginannya untuk melanjutkan dengan kencan lebih lanjut. Dari berbagai faktor yang ditanyakan oleh peneliti (antara lain kepribadian dan intelektualitas), ternyata bahwa daya tarik fisik merupakan faktor yang menentukan kesenangan dalam berkencan dan keinginan untuk melakukan kencan lebih lanjut. 

2. Perkembangan dan Pengelolaan Hubungan

Untuk memahami kelangsungan suatu hubungan, kiranya perlu diketahui adanya dua teori penting mengenai hal tersebut. Teori pertama, adalah Teori Pertukaran Sosial (Thibaut & Kelley, 1959, 1978) yang menggambarkan dinamika alamiah hubungan interpersonal; dan teori kedua adalah mengenai tahapan perkembangan suatu hubungan  yang dikemukakan oleh G. Levinger dan J.D. Snoek (1972).

A. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory). Thibaut & Kelley dalam teori ini menekankan adanya saling ketergantungan dalam relasi sosial. Mereka menyatakan bahwa kualitas outcomes (perolehan) yang diterima/dialami oleh dua orang yang berhubungan adalah tergantung dari perilaku masing-masing orang tersebut. Outcomes, yaitu fungsi gabungan antara pengalaman menyenangkan (reward) yang dihasilkan dari serangkaian perilaku dan biaya-biaya (cots) yang diperlukan untuk menghasilkan perilaku tersebut. 

- Reward, adalah berbagai peristiwa yang menghasilkan pengalaman yang me-nyenangkan, memuaskan, menggembirakan.

- Costs, meliputi faktor-faktor yang menghambat atau menyulitkan dalam membawakan suatu perilaku, seperti usaha, rasa malu, dan kecemasan. 

- Outcomes dari serangkaian perilaku adalah hasil dari reward yang diperoleh dikurangi dengan costs yang dikeluarkan.

B. Tahapan Perkembangan Hubungan. Levinger dan Snoek menyarankan suatu framework untuk menggambarkan perkembangan alamiah suatu hubungan, berdasarkan teori pertukaran sosial. Mereka menggambarkan tiga tahapan keterlibatan: 

+ Unilateral awareness, tahap yang paling dangkal (superficial ). Pada tahap ini individu memperhatikan keberadaan seseorang dan mengevaluasi karakteristik orang tersebut. Sebelum terjadi kontak, ciri-ciri yang nampak, yakni daya tarik fisik, merupakan faktor yang sangat penting. Langkah ini merupakan penjajagan apakah hubungan  dengan orang tersebut menguntungkan di kemudian hari.

+ Surface contact, terjadi bila dua orang individu memulai interaksi. Interaksi pada tahap ini diwarnai dengan norma-norma budaya yang umum dan etika sosial. Pada tahap ini penting peranan proses keterbukaan diri, yaitu proses seseorang membiarkan dirinya diketahui oleh pihak lain, dengan cara membuka pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya. Jika pada tahap ini berlangsung menyenangkan, hubungan dapat meningkat ke stase berikut nya.

+ Stase mutuality. Pada stase/tahap ini masing-masing individu mulai merasakan adanya tanggung jawab akan outcomes yang diterima oleh pihak lain (partner) dalam hubungan dengan dirinya. Masing-masing berperan memaksimalkan outcomes, baik untuk dirinya sendiri maupun partnernya. 

Hubungan dapat berjalan dengan keterlibatan yang semakin meningkat, namun demikian dapat juga berjalan mundur dan memburuk. Besarnya reward  yang dialami dalam interaksi mungkin berkurang karena minat yang berbeda atau karena situasi yang membatasi kemampuan partner untuk memberikan reward. Demikian juga, mungkin costs yang diperlukan untuk menghasilkan perilaku di dalam relasinya semakin meningkat.  Berkurangnya kepuasan dalam hubungan akan direfleksikan dengan berkurangnya keterbukaan yang intim, berkurangnya kepedulian terhadap kualitas outcomes yang diterima oleh partner, dan meningkatnya interaksi-interaksi yang bersifat formal seperti pada tahap keterlibatan awal (dangkal).

Catatan: Pada umumnya hubungan antar individu berlangsung menurut tahapan-tahapan tersebut di atas, namun untuk relasi bisnis, biasanya hubungan hanya berlangsung dalam tahap yang dangkal, hanya melayani kebutuhan untuk mencapai tujuan-tujuan eksternal.


3. Keadilan Dalam Relasi Sosial

Gerald Leventhal (1976) mengusulkan tiga peraturan keadilan yang sering digunakan sebagai standard/norma/patokan dalam menentukan keadilan dalam relasi sosial. Peraturan-peraturan tersebut meliputi contribution rule, needs rule, dan equality rule. Ketiganya diterapkan pada situasi yang berbeda-beda dan untuk bentuk-bentuk hubungan yang berbeda-beda.

a. The Contributions Rule and Equity (Aturan Kontribusi dan Keseimbangan).  Aturan kontribusi seringkali diidentifikasi sebagai konsep keseimbangan. Menurut prinsip ini, relasi dianggap adil bila individu-individu yang terlibat di dalam hubungan menerima outcomes yang proporsional dengan kontribusi yang mereka berikan (input). Yang paling besar kontribusinya, menerima outcomes paling besar. Di sini tidak ada peraturan bahwa input harus sama. Yang penting perbandingan antara outcomes dan input harus sama. Sebagai contoh, karena biaya dan lama studi seorang dokter lebih besar dari pada perawat, maka semua orang beranggapan bahwa adil jika gaji dokter lebih besar dari pada gaji perawat. 

Bila dirasa ada ketidakadilan, individu akan merasa tertekan, dan termotivasi untuk memperbaiki keseimbangan dengan cara:

- Memperbaiki keseimbangan aktual (actual equity), yaitu dengan mengubah outcomes atau input. Contohnya, seorang pekerja yang merasa gajinya terlalu kecil berusaha untuk mengurangi input-nya dengan bekerja sesedikit mungkin (bermalas-malasan) atau berusaha meningkatkan outcomes dengan cara mencuri milik perusahaan.

- Memperbaiki keseimbangan psikologis (psychological equity), yaitu dengan mengubah persepsinya terhadap situasi kerja. Sebagai contoh, karyawan mengatakan kepada dirinya sendiri, bahwa meskipun gajinya kecil, namun dia menikmati pekerjaan tersebut.

b. The Needs Rule and Social Responsibility (Aturan Kebutuhan dan Tanggung Jawab Sosial.  Aturan ini menyatakan bahwa outcomes harus didistribusikan seseuai dengan kebutuhan individu yang jumlahnya relatif. Keadilan ini diwujudkan di dalam norma tanggung jawab sosial, di mana kita didorong untuk menanggapi kebutuhan yang syah (legitimate) yang ada pada orang lain. Berbagai lembaga dana, organisasi-organisasi pelayanan, dan kementrian kesejahteraan rakyat, menunjukkan adanya penerimaan masyarakat terhadap aturan keadilan ini. Pada level individu, sejumlah studi telah menunjukkan bahwa para partisipan (subjek penelitian) berbuat memenuhi kebutuhan orang lain jika mereka mempertimbangkan orang lain tersebut tidak terlayani.

c. The Equality Rule (Aturan Persamaan). Aturan ini secara sederhana menyatakan bahwa outcomes harus didistribusikan secara sama rata di antara para partisipan yang terjalin dalam suatu hubungan, dengan mengabaikan kontribusi ataupun kebutuhan-kebutuhan individu. Aturan ini paling mudah untuk diterapkan karena partisipan tidak perlu melakukan penjajagan input ataupun kebutuhan-kebutuhan yang syah.



No comments:

Post a Comment

Dark Psychology (Narsissism)

Orang narsisis dikategorikan sebagai orang yang memiliki gambaran berlebihan tentang dirinya dan sering kecanduan berfantasi tentang dirinya...