WORK–FAMILY BALANCE AND CAREERS

WORK–FAMILY BALANCE AND CAREERS

Although a broad distinction can be made between work life and nonwork life, the boundaries between work and home have become increasingly blurred. Two reasons for this trend are that married women have entered the workforce and communication technology has advanced. 

Dual-earning couples today face the challenge of balancing their work and home lives. Cell phones, the Internet, and portable computers allow individuals to work when they are at home or on vacation. Thus, technological advances have made it difficult for individuals to maintain boundaries between work and home.

Two perspectives, scarcity and expansion enhancement, attempt to explain the interactions between work and family. The scarcity perspective assumes that multiple roles at work and at home compete for an individual’s psychological and physiological resources. Generally, work-to-family conflict is linked to outcomes such as marital dissatisfaction and family distress. Family-to-work conflict is associated with poor work performance, low job satisfaction, and work-related absenteeism. In contrast, the expansion enhancement perspective emphasizes the benefits of multiple roles in life, which may outweigh the cost of
additional stress.

CAREER SATISFACTION AND WELL-BEING

 CAREER SATISFACTION AND WELL-BEING

One important issue that is related to career is the contribution that work makes to individual well being. Whereas unemployment rates are linked to mental and physical problems, maintaining a career helps individuals to stay active and connected.
Research has shown, for example, that individuals with mental and physical disabilities who are able to enter the workforce, do part-time work, or even do volunteer work experience fewer symptoms, report higher self-esteem, and enjoy a better quality of life compared with nonworking peer groups.

Recently, occupational stress has been identified as a major cost for business organizations. The field of occupational health psychology is a new discipline that is dedicated to identifying individual and organizational factors that contribute to occupational stress and career dissatisfaction. For example, research has shown that organizational variables such as environmental uncertainty, role conflict, opportunities for skill acquisition, social contact, physical security, organizational structure and climate, and physical, emotional, and cognitive job demands have both a direct and an indirect impact on individuals’ sense of career satisfaction and level of occupational stress.

Career Path and History Of Career

Career Path and History Of Career

A career differs from a job in terms of the length, breadth, and depth of personal involvement. A career is a profession in which one makes progressive achievement, whereas a job is defined by specific tasks. Establishing a career serves many purposes, including providing sustainable income, expressing personal beliefs and values, and providing social connections.


CAREER PATHS

Most individuals move through three career stages, each of which is associated with different social and psychological characteristics. During the first stage, individuals are motivated to establish a foundation in the organization and seek opportunities for advancement. The second stage, midcareer, is a time for people to seek new meanings and reenergize. For others, midcareer coincides with midlife crises or problems related to health and family, and it presents challenges related to work. For example, an individual may reach a career plateau when he or she progresses to a point at which hierarchical promotions are unlikely. The third stage, or late career, is a time when individuals maintain their established career status and gradually disengage from the full-time workforce.
During this stage, many individuals seek part-time work, increase their volunteer activities, and become valuable resources for the community in alternative ways.


HISTORY OF CAREER

The modern concept of the career can be traced to the Industrial Revolution. Before the 1800s, individuals worked primarily on family-owned farms. The Industrial Revolution introduced factories and modern industries, and many individuals moved to cities to work. During World War I, the first systematic placement of individuals in jobs took place. Using group-administered tests developed for the military, individuals’ potential and expertise could be matched quickly with job demands.
The Great Depression of the 1930s raised the unemployment rate from 3.2% in 1929 to 23.6% in 1932; during this time, people worked more for survival than for personal fulfillment. World War II introduced 6 million workers into the workforce, the majority of whom were married women. After the war, counseling centers designed to serve returning veterans were established to address their career rehabilitation concerns. Over time, sophisticated tests and counseling tools were developed to help people make decisions related to career choice and development.
More recently, the workforce has become increasingly diversified, raising important issues about career choice and work adjustment for workers of color and workers with different sexual orientations, disabilities, and lower social economic status



(Rogelberg, 2007)

Lessons for Leading Leaders

The five lessons are:

1. Your ability to lead other leaders arises not just from your position, resources, or charisma but from your will and skill. If you want to lead other persons, especially leaders, you have to work at the job.
2. The basis of leadership, particularly with other leaders, is your relationship with the persons you lead. Trust in the leader is a necessary element of leadership, and persons are more disposed to follow a leader in whom they have trust than one they do not trust.
3. Communication is your fundamental tool in building those relationships.
4. The key process of leading leaders is communication through one-on-one interactions with the persons you would lead. If you lead other leaders, you have to engage them and personally connect with them.
5. In developing your leadership strategies and tactics, you need to take account of the interests of the persons you would lead. Leading leaders is above all interest-based leadership. Leaders will follow you not because of your position or charisma but because they consider it in their interest. Your job as a leader is to convince them that their interests lie with you.




(2006 Jeswald W. Salacuse)

Langkah Apa Yang Dilakukan Untuk Membentuk Sebuah Tim Yang Berkinerja Tinggi ?

Pertanyaan Dan Jawaban Untuk Membentuk Sebuah Tim Yang Berkinerja Tinggi 

1. Untuk mencapai hasil tim yang berkinerja tinggi langkah apa saja yang harus dilakukan ?

Jawab : Mengubah sudut pandang kita atau harapan tentang tim kerja, dan menyesuaikan perilaku.

2. Apa yang dimaksud paradigma, dan jelaskan ?

Jawab : paradigma adalah persepsi pribadi yang kuat atau komitmen kognitif prematur (Langer, 1989). Dengan kata lain, paradigma kita merupakan sikap kita atau harapan dalam situasi tertentu dan cara bias kita melihat situasi.

3. Sebutkan 5 pergeseran paradigma yang perlu dilakukan, dari individual menjadi tim kerja ?

Jawab :

Dari performa individu ke performa tim (Kolaborasi yang efektif bekerjasama dengan orang lain)

Dari pekerjaan individu ke tugas tim (Anggota tim menerima tugas, tugas dari satu sama lain dan melaksanakan tanggung jawab mereka untuk mendukung anggota tim lainnya)

Dari penghargaan yang competitive ke penghargaan untuk kerjasama (mengubah pola pikir mereka dari "Bagaimana saya bisa melakukan yang lebih baik bagi diri sendiri" menjadi "Bagaimana saya bisa berbuat lebih banyak untuk tim??")

Dari ketergantungan diri ke ketergantungan tim (Semakin anda mempercayai kemampuan dan niat dari orang lain dalam tim anda, semakin anda akan tergantung pada rekan kerja anda untuk kontribusi mereka dan semakin anda akan merasa wajib untuk menyelesaikan tugas tugas anda sendiri.)

Dari komunikasi one to one ke interaksi tim (diskusi kelompok Efektif membangun kepercayaan pada kemampuan dan niat dari anggota tim. Trust mengarah ke kerjasama. Ini memperkuat paradigma keterkaitan dan ketergantungan dan meningkatkan motivasi pribadi untuk bekerja lebih keras untuk tim.)

4. Apa yang menyebabkan tim tidak bekerja dengan baik ?

Jawab :

Berjudi dalam group, pengambilan sebuah keputusan yang lebih beresiko daripada membuat keputusan sendiri (adanya pembagian tanggung jawab, polarisasi kelompok dan deindividuasi).

Terjadi groupthink ,groupthink terjadi ketika kelompok anggota menyetujui pemikiran pemimpin tanpa mempertimbangkan pilihan alternatif atau proposal.

5. Sebutkan 7 langkah untuk mensukseskan tim

Jawab : Pilih anggota tim yang tepat, memperjelas penugasan, membentuk karakter tim, mengembangkan perencanaan tindakan yang akan dilakukan, terlibat dalam proses, evaluasi kerja tim, bubar; restrukturisasi atau memperbaharui tim.

6. Apa saja kriteria untuk memilih anggota tim ?

Jawab : Memahami dan menghargai perilaku berbasis keselamatan, komitmen, ketertarikan interpersonal, komunikasi, dan peduli.

7. Apa saja yang dilakukan untuk memperjelas penugasan ?

Jawab : menetapkan misi atau tujuan umum, tentukan sumber daya, wewenang, dan akuntabilitas, berkenalan dengan tugas.

8. Apa saja 5 peran standar tim ?

Jawab : 

Pemimpin Tim memberikan arahan dan memperoleh sumber daya dari luar.

Tim fasilitator, pertemuan terus fokus dan mendorong partisipasi total.

Tim administrator, menangani berbagai tugas administrasi seperti mendistribusikan
laporan, jaringan dengan individu di luar dan kelompok, dan mengingatkan anggota
pertemuan tim.

Bendahara, trek input dan output keuangan.

Reporter, dokumen dan mendistribusikan agenda rapat.

9. Apa saja 6 langkah dasar untuk menentukan consensus (persetujuan umum)?

Jawab : Tetapkan tujuan akhir, menguraikan kriteria yang diperlukan untuk membuat keputusan kelompok berharga, mengumpulkan informasi, kemungkinan pilihan untuk adanya brainstorm (ilham), mengevaluasi pilihan brainstorming (ilham) apakah berlawanan dengan kriteria kelompok, membuat keputusan akhir sebagai suatu tim.

10. Apa tujuh aturan dasar yang dapat mempromosikan pertemuan tim yang efektif ?

Jawab : Semua berpartisipasi, tidak ada sindiran atau saling menjatuhkan, semua ide diperhitungkan, berusaha untuk benar-benar memberitahu ketika ada yang bertanya, mengikuti komitmen dan tenggat waktu, memberi support kepada keputusan tim, berfikir untuk sukses.

11. Apa saja kriteria untuk membentuk karakter tim ?

Jawab : Tulis pernyataan misi, tetapkan aturan-aturan dasar, menentukan kiriman dan akuntabilitas, menentukan rincian anggaran dan laporan langsung, menetapkan peran standar tim.

12. Apa saja kriteria untuk mengembangkan perencanaan tindakan yang akan dilakukan ?

Jawab : Tetapkan tujuan dengan cerdas, menetapkan tanggung jawab tugas, mengembangkan garis waktu.

13. Apa saja kriteria untuk terlibat dalam proses ?

Jawab : Melakukan pertemuan tim secara produktif, gunakan brainstorming (ilham) dan membangun persetujuan umum, saling mendukung dan korektif.

14. Apa saja komponen yang ada dalam meeting ?

Jawab :

Review tujuan pertemuan tim.

Membuat setiap pengumuman yang relevan dengan misi organisasi tim.

Panggilan untuk laporan kemajuan dari anggota tim, termasuk tujuan proyek, prestasi sejak pertemuan terakhir, dan bantuan khusus atau sumber daya yang dibutuhkan untuk langkah selanjutnya.

Diskusikan khusus masalah, kesulitan, dan solusi dengan fokus pada positif atau
memeriksa cara untuk mengatasi masalah.

Mengidentifikasi apa yang perlu terjadi penugasan berikutnya per proyek atau tugas dalam rangka untuk kemajuan dan peningkatan.

Mengatur waktu dan tanggal untuk pertemuan berikutnya dan menawarkan preview topik atau laporan proyek yang akan dibahas.

15. Apa saja kriteria untuk evaluasi kerja tim ?

Jawab : Mengenali hasil proses, dokumen hasil produk, rayakan prestasi.

16. Apa saja jenis tim karyawan yang diperlukan untuk meningkatkan keselamatan kerja ? berikut penjelasannya

Jawab :

Tim Pengarah Keselamatan - mengawasi upaya semua tim lainnya yang tercantum di sini.

Pengamatan dan umpan balik tim - mengembangkan, mengimplementasikan, mengevaluasi, dan memurnikan berbasis pengamatan perilaku dan prosedur umpan balik.

Ergonomi Tim - melakukan audit berkala dari pengaturan tempat kerja, menampung saran dan mengevaluasi karyawan tentang masalah ergonomis, dan merekomendasikan tindakan korektif untuk lingkungan, perilaku, atau keduanya.

Tim analisis Insiden  - pencari fakta melakukan evaluasi dari dekat, laporan terkena cedera dan luka-luka, termasuk perilaku, lingkungan, dan factor dasar perorangan , dan merekomendasikan tindakan korektif.

Tim perayaan - rencana dan mengelola kegiatan perayaan untuk mengakui proses kegiatan dan pencapaiannya. 

Tim penghadiahan - mengawasi rancangan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan perilaku berbasis insentif / reward program untuk memotivasi partisipasi dalam kegiatan-perbaikan keamanan yang ditunjuk.

Tim Aksi Pencegahan - mengevaluasi laporan peraturan / kebijakan pelanggaran, memutuskan apakah pelanggar harus dihukum, dan memilih hukuman.

17. Bagaimana mengembalikan tim pada jalurnya ?

Jawab :

Mendiagnosis dan memecahkan masalah tertentu.

Meningkatkan manajemen tim.

Mengembalikan kepercayaan interpersonal di antara anggota tim.

Memperjelas peran harapan dan kewajiban anggota tim.

Negosiasi modifikasi atau penugasan kembali dari tanggung jawab tim-anggota tertentu

18. Apa saja tahap yang dilakukan untuk mengembangkan tim ? berikut penjelasannya

Jawab :

Forming, selama tahap pembentukan, tim mendapat tugas dan anggota berkenalan. 

Storming ( Penyerbuan ), selama tahap menyerbu, tim perebutan tujuan dan anggota bersaing untuk mempengaruhi.

Norming, selama tahap norming, anggota tim mapan untuk pekerjaan yang produktif dan saling tergantung.

Performing, selama tahap pertunjukan momentum puncak, dan kerja sama tim mengarah ke sinergi.

Adjourning, tahap penutupan terjadi ketika kelompok mencapai misinya, merayakan keberhasilannya, dan mungkin untuk dibubarkan.

Memperoleh Bahasa

 Memperoleh Bahasa

  Menurut Pinker (1994) dalam kenyataannya seluruh anak, tidak tergantung budaya atau bahasa, perkembangan bahsanya melewati tahap-tahap yang sama, yaitu tahap: Babbling (ocehan, celotehan), - Single word (kata tunggal), - Two-word Combinations (kombinasi dua kata), - Sentences (kalimat-kalimat).

Plotnik menyatakan bahwa “Tahap-tahap bahasa menunjuk bahwa semua bayi-bayi berkembang melalui 4 periode atau tahap yang berbeda yaitu ocehan atau celotehan, kata tunggal, kombinasi dua kata, dan kalimat. Semua anak berkembang melalui 4 tahap tersebut dalam tugas yang sama, dan dalam setiap tahap anak-anak menunjukkan keterampilan bahasa yang baru dan lebih tinggi Language stages refer to all infants going through four different periods or stage-babbling, single word, two-word combinations, and sentences. All children go through these four stages in the same order, and in each stage, children show new and more complex language skills ” (Plotnik,2005:314)

a. Ocehan/Celotehan (Babbling)

Satu dari kunci ciri-ciri fisik dalam perkembangan manusia adalah bahwa bayi-bayi mulai membuat suara-suara sebelum mereka mengatakan kata-kata yang nyata. Anak-anak mengulang suara-suara yang sama terus menerus, dan suara-suara tersebut umumnya disebut ocehan/celotehan.

Ocehan/celotehan yang mulai sekitar 6 bulan, merupakan tahap awal dalam memperoleh bahasa. Ocehan/celotehan menunjuk pembuatan satu-suku kata suara-suara seperti “di di di” atau “ba ba ba” yang pada umumnya terdapat dalam semua bahasa (“Babbling, which begins at about 6 months, is the first stage in acquiring language. Babbling refers to making one-syllable sounds, such as “deedeedee” or “bababa”, which are most common across all languages”) (Plotnik, 2005: 314).

Ocehan/celotehan merupakan suatu contoh program “suara”bawaan dalam otak meliputi pembuatan dan pemrosesan suara-suara yang pada akhirnya digunakan untuk membentuk kata-kata. Peneliti-peneliti telah menemukan bahwa pada umur 6(enam) bulan bayi telah mempelajari untuk membedakan antara suara-suara, seperti suara ba dari pa dan membedakan suara-suara dalam bahasa asli mereka dari yang digunakan dalam bahasa asing.

Penemuan-penemuan ini mengindikasikan bahwa pada umur awal, bayi-bayi telah menjadi biasa membuat dan mendengarkan suara-suara dalam bahasa asli. Pada usia 9 bulan suara-suara celotehan mulai lebih menyerupai huruf hidup dan huruf mati dimana anak akan secara nyata menggunakan dalam percakapan dalam bahasa asli mereka.

b. Kata Tunggal (Single word)

Sebelum umur 1 tahun, seorang bayi biasanya menunjukkan suatu tingkah laku yang setiap orang tua tidak sabar menunggu untuk mendengar kata pertama dari anaknya. Pada sekitar umur 1(satu) tahun, bayi tidak hanya mulai memahami kata-kata tetapi juga mengatakan kata-kata tunggal.

Kata-kata tunggal menandai tahap ke dua dalam memperoleh bahasa, yang terjadi di sekitar umur satu tahun. Bayi-bayi menyuarakan kata-kata tunggal biasanya menunjukkan apa yang dapat mereka lihat, dengar atau rasa Single words mark the second stage in acquiring language, which occurs at about 1 year of age. Infants say single words that usually refer to what they can see, hear, or feel(Plotnik, 2005: 314).

Suatu kemampuan bayi-bayi menyusun suara-suara dalam kata-kata mulai sekitar 8(delapan) bulan dan merupakan hasil dari interaksi antara program otak bawaan dalam bahasa dan pengalaman bayi mendengarkan suara-suara.

c. Kombinasi Dua Kata (Two-Word Combinations)

Mulai sekitar umur 2(dua) tahun, anak-anak mulai menggunakan kata-kata tunggal yang telah dipelajari untuk membentuk kombinasi dua kata.

Kombinasi dua-kata menggambarkan tahap ke 3(tiga) dalam memperoleh bahasa, terjadi sekitar umur 2(dua) tahun. Kombinasi dua kata merangkai dua kata yang mengekspresikan bermacam-macam aktivitas (“Saya main”, “Lihat anak”) atau hubungan-hubungan (“Pukul bola,”Susu hilang”). Two-words combinations, which represent the third stage in acquiring language, occur at about 2 years of age. Two-words that express various actions (“Me play”, “See boy”)or relationship (“Hit ball”, “Milk gone”) (Plotnik, 2005:315).

Menurut Pinker (1994) setiap dua kata memberikan suatu isyarat tentang apa yang anak katakan. Sebagai tambahan hubungan antara dua kata memberikan isyarat tentang apa yang anak komunikasikan. Sebagai contoh See boy mengatakan kepada kita untuk melihat suatu objek  tertentu. Daddy shirt menyatakan kepada kita sesuatu dimiliki ayah.

Kemampuan baru anak untuk berkomunikasi dilakukan dengan mengombinasikan dua kata dan mengubah tugasnya menandai permulaan mempelajari aturan-aturan dalam tata bahasa. Dari sekitar umur 2 tahun sampai remaja, seorang anak mempelajari suatu kata baku setiap 2 jam.

d. Kalimat-kalimat (Sentences)

Anak membuat suatu lompatan bahasa yang agak luas ketika mereka maju dari kombinasi dua kata yang sederhana ke penggunaan kalimat yang lebih luas dan lebih komplek.

Kalimat yang menunjukkan tahap ke 4 perolehan bahasa, terjadi sekitar umur 4 tahun. Jarak kalimat yang panjangnya 3 sampai 8 kata dan mengindikasikan pertumbuhan pengetahuan tentang aturan-aturan dalam tata bahasa Sentences which represent the fourth stage of acquiring language, occur at about 4 years of age. Sentences range from three to eight words in length and indicate a growing knowledge of the rules of grammar (Plotnik, 2005:315).

Walapun kalimat-kalimat pertama anak-anak berbeda dari kalimat orang dewasa, dalam hal ini anak mungkin menghilangkan “kata-kata kecil” dan berbicara dalam pola yang disebut bicara telegrafik.

Bicara telegrafik adalah suatu pola khusus/tersendiri dari cara bicara dimana anak menghilangkan tulisan (the), kata depan (in, out), dan bagian dari kata kerja. telegraphic speech is a distinctive pattern of speaking in which the child omits articles (the), prepositions (in, out), and part of verbs(Plotnik, 2005:315).

Sebagai contoh seorang dewasa berkata I am going to the store. Seorang anak berumur 3 sampai 4 tahun mungkin menggunakan bicara telegrafik (menghilangkan tulisan / artikel) dan mengatakan I go to store . Pada waktu anak berumur 4 atau 5 tahun, susunan kalimat meningkat dan terindikasi mereka telah mempelajari atauran-aturan dasar tata bahasa.

Aturan dasar tata bahasa adalah aturan-aturan mengombinasikan kata-kata benda, kata-kata kerja, kata sifat, dan bagian lain dari kempuan bicara sehingga membentuk kalimat yang berarti: Basic rules of grammar are the rules combining nouns, verbs, adjective, and other part of speech to from meaningful sentences  (Plotnik, 2005:315).

Pada waktu anak mempelajari aturan-aturan tata bahasa, mereka sering membuat kesalahan dari penggeneralisasian yang berlebihan. Penggeneralisasian yang berlebih berarti penerapan aturan tata bahasa pada kasus-kasus di mana itu seharusnya tidak digunakan Overgeneralization means applying a grammatical rule to cases where it should not be used” (Plotnik, 2005:315).

Sebagai contoh setelah anak mempelajari aturan pembentukan kalimat lampau dari kata-kata kerja dengan menambahkan suara d pada akhir kata, ia mungkin melakukan generalisasi yang berlebih dan menambahkan huruf d pada kalimat lampau yang menggunakan irregular verbs / kata kerja yang tidak teratur, sebagai contoh I goed  to store pada waktu anak masuk sekolah, mereka biasanya menggunakan dengan baik aturan-aturan umum bahasa mereka.

  Telah diterangkan dalam pelajaran yang lalu bahwa untuk mengomunikasikan hasil berpikir orang menggunakan simbol-simbol (bahasa) dan bayangan (image). Simbol-simbol yang berbentuk bahasa tersebut menghasilkan pengertian atau konsep. Atau dapat juga dikatakan bahwa hasil berpikir atau penalaran adalah konsep atau pengertian (Plotnik, 2005: 305).

Fungsi konsep adalah untuk menggolongkan dan menglesifikasikan benda-benda dan kejadian-kejadian serta untuk pemecahan masalah (Walgito, 2004: 179, Plotnik, 2005: 306).

Menurut Prof Bimo Walgito terdapat 5 jenis konsep:

-a.Konsep sederhana,

-b.Konsep Kompleks,

-c.Konsep Konjungtif

-d.Konsep Disjungtif,

-e.Konsep Relational.

Menurut Atkinson dkk (1987: 392) membedakan konsep menjadi 2 jenis konsep: 

-a. Konsep Klasik dan 

-b. Konsep Probabilistik.

  Tetapi pada tahun (1994) Atkinson dkk membedakan konsep menjadi 4 jenis; -a. Benda: meja, kursi, buku, lemari, dll, -b. Aktivitas: berlari, membaca, makan, tidur, dll, -c. Keadaan: bersih, kotor, cepat, kuat, sakit, tenang, ribut, dll, -d. Abstrak: kebenaran, keadilan, kemanusiaan, kemuliaan, dll.

Isi dan luas konsep berbanding terbalik. Isi konsep berkaitan ciri dan sifat yang membentuk konsep, sedang luas berkaitan dengan pengertian-pengertian yang terkandung dalam suatu konsep. Contoh alat transportasi  à Luasnya lebih besar dibandingkan alat transportasi darat, karena alat transportasi meliputi pengertian alat transportasi darat, laut, udara, sungai, dll. Sedang transportasi darat tidak. Tetapi alat transportasi darat isi lebih besar karena mempunyai ciri-ciri yang lebih banyak.

Cara memperoleh konsep

a. Melalui Pengujian Hipotesis; mencari ciri-ciri yang sesuai dan menolak ciri-ciri yang tidak sesuai.

b. Melalui patokan/contoh yang khas. Contoh konsep perabot meliputi meja dan kursi. Kemudian konsep perabot digunakan sebagai patokan untuk menggolongkan contoh lain seperti bangku dan sofa ke dalam konsep tersebut (perabot).

c. Konsep ilimiah didapat melalui proses  - Analisis, - Komparasi, -Abstarksi/ Kategorisasi, - Kesimpulan.

Gramatika Mental(Mental Grammar) dan Program Otak Pembawaan (Innate Brain Program).

Gramatika Mental(Mental Grammar) dan Program Otak Pembawaan (Innate Brain Program).

Salah satu misteri besar dari penggunaan dan pemahaman bahasa dapat diperlihatkan dalam 2(dua) kalimat sederhana tetapi sangat berbeda. You picked

up a caterpillar (“Engkau memungut seekor ulat bulu”). A caterpillar was picked up by you (“Seekor ulat bulu kau pungut”). Meskipun anda mengetahui susunan kata-katanya berbeda tetapi anda mengetahui bahwa dua kalimat ini mempunyai pengertian yang sama.

Mengapa hal ini dapat terjadi telah dijelaskan oleh seorang ahli linguistik Noam Chomsky (1957). Hal ini berkaitan dengan kemampuan otak yang disebut Gramatika Mental (Mental Grammar) dan Program Otak Bawaan (Innate Brain Program) . Menurut Chomsky otak tidak mampu menghasilkan sejumlah daftar yang memuat seluruh kalimat yang digunakan/dibutuhkan. Tetapi otak mampu mengombinasikan kata-kata benda, kata-kata kerja, kata-kata benda dengan kata-kata kerja dan objek-objek ke dalam berbagai kalimat yang bermakna yang tak terhingga. Kemampuan otak ini oleh Chomsky disebut Gramatika Mental (Mental Grammar). Chomsky argued that the brain contains a program or mental grammar that allows us to combine nouns, verbs, and objects in an endless variety of meaningful sentences”.

Misteri kedua bagaimana mungkin seorang anak berumur 4(empat) tahun tanpa dengan sekolah formal dan dengan pembelajaran dari orang tua yang relatif terbatas dapat berbicara dan memahami bermacam-macam kalimat. Contoh rata-rata anak yang berumur 4tahun dapat menentukan bahwa kalimat : The caterpillar crept slowly across the leaf (“Ulat bulu merangkak lambat melintasi daun”) adalah betul, dan bahwa kalimat:

The crept leaf caterpillar slowly the across (“Rangkak daun ulat bulu lambat melintasi”) adalah tidak mempunyai arti (makna). Hal ini menurut Chomsky karena kemampuan tata bahasa tersebut telah built in dalam otak manusia atau merupakan kemampuan bawaan lahir sehingga disebut Innate Brain Program (Chomsky’s answer is that young children can learn these complex and difficult rules of grammar because our brains come with a built-in, or innate, program that makes learning the general rules of grammar relatively easy”.

Program Otak Bawaan Lahir untuk mempelajari aturan tata bahasa menjelaskan bagaimana seorang anak mempelajari hampir seluruh aturan tata bahasa yang kompleks dan sukar oleh seorang anak berumur 4 atau 5 tahun. Hal ini merupakan hasil interaksi antara perkembangan program otak bawaan sedikit demi sedikit dengan pengalaman terhadap lingkungan sehingga menghasilkan kemampuan menguasai aturan tata bahasa yang komplek.

Peringkat Bahasa

Peringkat Bahasa

Bahasa mempunyai beberapa peringkat yang berbeda

a. Peringkat yang tertinggi disebut unit kalimat (frase dan kalimat), yang mengandung gagasan.

b. Peringkat berikutnya disebut unit makna dasar (basic-meaning units) termasuk morfem dan kata.

c. Peringkat yang terendah disebut bunyi bahasa (fonem).

Frase suatu kalimat dibentuk dari kata dan morfem. Sedangkan kata dan morfem dibentuk dari fonem. Karena kalimat dapat dihubungkan dengan gagasan, dan bahasa adalah sistem untuk menghubungkan beberapa gagasan melalui unit makna dasar (basic-meaning units) unit kalimat. Agar menjadi jelas uaraian tentang Peringkat Bahasa tersebut, akan dikemukakan pendapat Plotnik (2005: 312) sebagai berikut: Terdapat 4(empat) aturan dalam bahasa.

a. Aturan bahasa yang pertama adalah phonology.  Phonologi/fonologi mengkhususkan bagaimana kita membuat suara-suara menjadi berarti yang digunakan oleh suatu bahasa khusus Phonology specifies how we make the meaningful sounds that are used by a particular language .

Fonologi berasal dari kata  phonemes (foeneems). Fonem adalah suara dasar dari konsonan (huruf mati) dan huruf huruf hidup/fokal. Phonemees are the basic sounds of consonants and vowels”. Contoh suara c dan p dari kata caterpillar (ulat bulu).

b. Aturan bahasa yang kedua adalah morphology. Morpologi adalah sistem dimana kita gunakan untuk mengelompokkan fonem-fonem ke dalam kombinasi suara dan

kata sehingga bermakna. Morpologi berasal dari kata morfen yaitu kombinasi suara-suara yang paling kecil yang bermakna dalam suatu bahasa. A morpheme is the smallest meaningful combination of sounds in a language.

Contoh: Sebuah kata seperti cat, suatu huruf seperti s dalam cats, atau suatu awalan seperti un dalam unbreakable, atau suatu akhiran seperti ed dalam walked.

Kata caterpillar merupakan contoh kongkret dari satu morfem, dan caterpillars adalah contoh kongkret dari dua morfen.

c. Aturan bahasa yang ketiga adalah Syntax atau Grammar.

Sintax atau tata bahasa adalah satu perangkat aturan yang khusus mengombinasikan kata-kata untuk membentuk frase-frase yang bermakna dan kalimat-kalimat. Syntax or grammar, is a set of rules that specifies how we combine words to form meaningful phrases and sentences.

d. Aturan bahasa yang keempat adalah Semantics. Semantik khusus untuk memberikan arti/makna kata-kata atau frase-frase yang muncul dalam bermacam-macam kalimat atau konteks. Semantics spesifies the meaning of words or phrases when they appear in various sentences or contexts”.

Contoh: anda membaca Did Pat pat a caterpillars back? Bagaimana anda mengetahui apa arti kata pat  yang muncul dua kali berurutan. Dari pengetahuan anda tentang semantik, anda mengetahui kata Pat yang pertama adalah kata benda dan nama dari seseorang. Sedangkan kata pat yang kedua adalah kata kerja yang menandakan adanya suatu aktivitas.

Memecah Kalimat Menjadi Gagasan (Bahasa)

 Memecah Kalimat Menjadi Gagasan

Untuk mendapatkan intisari gagasan dalam suatu kalimat kita harus memecah suatu kalimat dalam beberapa frase sedemikian rupa sehingga setiap frase dapat disamakan dengan subjek suatu proposisi, predikat proposisi atau proposisi utuh.

Contoh: “Sinta adalah seorang psikolog”. Kalimat ini dapat kita pecah menjadi 2(dua) frase yaitu: Sinta adalah subjek, dan psikolog adalah predikat. Bila kalimat yang lebih komplek:

“psikolog profesional mempelajari banyak referensi” kalimat ini dapat dibagi menjadi 2(dua) frase; yang pertama: “Psikolog profesional”, yang kedua : mempelajari banyak referensi”. Karena frase yang pertama berpusat pada kata benda (psikolog) dinamakan frase kata benda. Sedangkan frase yang kedua berpusat pada kata kerja  sehingga dinamakan frase kata kerja. Bila kita fokuskan pada frase kata benda “psikolog profesional ” ini merupakan proposisi utuh karena mempunyai arti psikolog adalah profesional. Sedangkan “mempelajari referensi“ hanya merupakan bagian proposisi psikolog profesional. Dalam contoh ini frase kata benda merupakan proposisi utuh, dan frase kata kerja merupakan bagian dari proposisi utuh dan disebut predikat.

Jadi  Kesimpulan, dengan memecah kalimat menjadi frase kata benda dan frase kata kerja sangat membantu mendapatkan proposisi atau gagasan yang terdapat dalam kalimat itu.



Bahasa

Bahasa

Telah diterangkan dalam pelajaran yang lalu bahwa untuk mengomunikasikan hasil berpikir orang menggunakan simbol-simbol (bahasa) dan bayangan (image). Simbol-simbol yang berbentuk bahasa tersebut menghasilkan pengertian atau konsep. Atau dapat juga dikatakan bahwa hasil berpikir atau penalaran adalah konsep atau pengertian (Plotnik, 2005: 305).

Fungsi konsep adalah untuk menggolongkan dan menglesifikasikan benda-benda dan kejadian-kejadian serta untuk pemecahan masalah (Walgito, 2004: 179, Plotnik, 2005: 306). Menurut Prof Bimo Walgito terdapat 5 jenis konsep:

-a.Konsep Sederhana, 

-b.Konsep Kompleks, 

-c.Konsep Konjungtif

-d.Konsep Disjungtif, 

-e.Konsep Relational.

Menurut Atkinson dkk (1987: 392) membedakan konsep menjadi 2 jenis konsep:

-a. Konsep Klasik dan -b. Konsep Probabilistik. Tetapi pada tahun (1994) Atkinson dkk membedakan konsep menjadi 4 jenis; -a. Benda: meja, kursi, buku, lemari, dll, -b. Aktivitas: berlari, membaca, makan, tidur, dll, -c. Keadaan: bersih, kotor, cepat, kuat, sakit, tenang, ribut, dll, -d. Abstrak: kebenaran, keadilan, kemanusiaan, kemuliaan, dll.

Isi dan luas konsep berbanding terbalik. Isi konsep berkaitan ciri dan sifat yang membentuk konsep, sedang luas berkaitan dengan pengertian-pengertian yang terkandung dalam suatu konsep. Contoh alat transportasi  à Luasnya lebih besar dibandingkan alat transportasi darat, karena alat transportasi meliputi pengertian alat transportasi darat, laut, udara, sungai, dll. Sedang transportasi darat tidak. Tetapi alat transportasi darat isi lebih besar karena mempunyai ciri-ciri yang lebih banyak.

Cara memperoleh konsep

a. Melalui Pengujian Hipotesis; mencari ciri-ciri yang sesuai dan menolak ciri-ciri yang tidak sesuai.

b. Melalui patokan/contoh yang khas. Contoh konsep perabot meliputi meja dan kursi. Kemudian konsep perabot digunakan sebagai patokan untuk menggolongkan contoh lain seperti bangku dan sofa ke dalam konsep tersebut (perabot).

c. Konsep ilimiah didapat melalui proses  - Analisis, - Komparasi,  -Abstraksi/Kategorisasi,-Kesimpulan.

Bahasa

Setiap kelompok masyarakat mempunyai bahasa sendiri-sendiri à begitu banyak bahasa. Bahasa sangat diperlukan oleh manusia karena:

a. Bahasa merupakan alat untuk menyatakan gagasan.

b. Bahasa juga merupakan alat untuk mengomunikasikan gagasan seseorang kepada orang lain.

c. Bahasa juga berfungsi tidak hanya mengeluarkan gagasan dalam kalimat tetapi juga harus memahaminya.

  Menurut Plotnik (2005: 312) bahasa adalah bentuk komunikasi khusus yang meliputi penggunaan aturan-aturan yang kompleks untuk menyusun dan mengombinasikan simbol-simbol (kata-kata atau gerak isyarat) ke dalam sejumlah kalimat yang bermakna yang tak terbatas Language is a special form of communication that involves learning complex rules to make and combine symbols (words or gestures) into an endless number of meaningful sentencees”.

Bahasa menjadi bentuk komunikasi yang berhasil karena 2(dua) prinsip yaitu kata-kata (words) dan tata bahasa (grammar).

Tahap Operasi Formal (Umur 11 tahun ke atas) (Jean Piaget)

Tahap Operasi Formal (Umur 11 tahun ke atas)

Tahap Operasi Formal menurut Piaget merupakan tahap perkembangan kognitif terakhir. Ini terjadi pada umur 11 atau 12 tahun ke atas. Pada tahap ini remaja sudah dapat berpikir logis, berpikir teoritis formal berdasarkan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan walaupun tidak mengamati peristiwanya (Piaget & Inhelder, 1969, Piaget, 1981).

Logika mulai berkembang dan digunakan. Cara berpikir abstrak mulai dimengerti. Pikirannya sudah dapat melampaui waktu dan tempat, tidak hanya terikat pada sesuatu yang sudah dialami, tetapi dapat berpikir sesuatu yang akan datang karena ia dapat berpikir hipotetis.

Menurut Ginsburg & Opper (1988) anak pada tahap ini sudah mempunyai tingkat ekuilibrium (proses keseimbangan asimilasi dan akomodasi) yang tinggi. Dapat berpikir fleksibel dan efektif serta mampu menghadapi persoalan yang kompleks. Dapat berpikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan kemungkinan yang ada. Dapat berpikir efektif karena dapat melihat kemungkinan pemecahan yang cocok untuk persoalan yang dihadapi. Sifat pokok pada tahap Operasi Formal adalah pemikiran deduktif hipotesis, induktif saintifik, dan abstraktif reflektif.

1. Pemikiran Deduktif Hipotesis

Pada tahap ini pemikiran berkaitan langsung dengan objek, kumpulan objek, hubungan antara objek yang konkret. Fungsi operasi didasarkan pada pengalaman, atau pengamatan bukan hipotesis.

Dapat berargumentasi tentang suatu hal yang sebelumnya ia tidak mempercayai. Dapat mengambil keputusan mengenai sesuatu yang tidak ia alami. Dapat menarik kesimpulan dari kebenaran yang masih bersifat hipotesis, yang membentuk pemikiran deduktif hipotesis (Piaget & Inhelder, 1969).

Ia dapat membuat keputusan lepas dari kenyataan konkret. Pemikiran deduktif hipotesis adalah argumentasi dalam pembuatan kesimpulan berdasarkan premis-premis yang masih bersifat hipotesis.

Contoh:

Jika semua batubara itu berwarna putih, dan batu granit itu berwarna hitam, maka batu granit itu bukan batubara.

Premis di atas “Semua batubara itu berwarna putih” salah, karena batubara tidak berwarna putih, tetapi jalan pemikiran tersebut benar. Remaja dapat berpikir seperti itu yaitu berargumentasi benar, walaupun isinya tidak benar. Anak pada tahap Operasi Konkret tidak dapat berpikir seperti di atas. Model logis itu lebih merupakan hasil kesimpulan Piaget dalam menafsirkan pemikiran remaja, terlepas dari apakah remaja sendiri tahu atau tidak.

a. Sistem Kombinatoris

Sistem Kombinatoris adalah cara yang menggabungkan berbagai macam unsur.

Contohnya adalah kemampuan remaja untuk membuat kombinasi dan permutasi (perubahan urutan) dalam mengurutkan beberapa benda. Misalnya seorang remaja diberikan 3 kelereng yang berlainan warnanya.

Ada beberapa cara untuk menyusun ketiga kelereng tersebut. Remaja sudah dapat menyusun dengan berbagai kemungkinan. Kombinasi ini sangat penting dalam memperluas dan memajukan pemikiran remaja. Remaja dapat mengkombinasikan objek dengan objek, ide dengan ide, teori dengan teori.

b. Kombinasi Objek-objek dan Proposisi

Setelah umur 12 tahun, remaja sudah dapat mengkombinasikan objek-objek berdasarkan prinsip kombinasi. Ia sudah dapat membuat permutasi dengan semua kemungkinan yang dapat terjadi.Sudah dapat mengkombinasikan beberapa gagasan dan hipotesis dalam pernyataan afirmatif (mengiyakan / menyetujui) atau pernyataan negatif yang sederhana.

Misalnya: Jika ……………. maka ………………, Baik ini (………) maupun itu (……….), Tidak ini (……….) tidak itu (………..).

2. Pemikiran Induktif Saintifik

Pemikiran induktif adalah penarikan / pembuatan kesimpulan berdasarkan kejadian-kejadian khusus. Cara berpikir ini sering digunakan para ilmuwan dalam menyusun teorinya, sehingga cara ini sering disebut metoda ilmiah (saintifik). Pada tahap ini remaja sudah dapat menyusun hipotesis, eksperimen, menentukan variabel kontrol, mencatat hasil dan membuat kesimpulan. Pemikiran tahap ini ditandai:

a. Cara berpikir yang elastis, suatu masalah tidak hanya dipengaruhi secara pasti oleh satu faktor saja, tetapi juga oleh faktor-faktor yang lain.

b. Mampu secara sistematis unsur-unsur yang berpengaruh terhadap suatu persoalan, dan mampu menentukan unsur yang paling berpengaruh.

 

 


Lihat Gambar 18!

Untuk membuktikan pemikiran yang demikian, Piaget membuat eksperimen tentang Pendulum. Pertanyaan yang diajukan: “Unsur apa yang mempengaruhi frekuensi ayunan?”. Anak yang masih pada tahap PraOperasi menyatakan berat benda yang berpengaruh terhadap frekuensi ayunan. Anak pada tahap Operasi Formal menyatakan yang mempengaruhi frekuensi ayunan adalah panjang tali, berat benda tidak mempengaruhi. Menurut Ginsburg & Opper remaja pada tahap Operasi Formal sudah dapat secara sistematis menentukan unsur yang paling berpengaruh.

3. Pemikiran Abstraksi Reflektif

Menurut Wadsworth abstraksi reflektif ini diperlukan untuk memperoleh pengetahuan matematis-logis, yaitu suatu abstraksi tidak langsung terhadap objeknya sendiri.

Misalnya remaja menyusun 5 keping uang logam. Susunan keping itu dapat dibuat berderet, atau ditumpuk, atau dimasukkan dalam kotak, jumlahnya tetap 5. Pengertian 5 adalah abstraksi dari keping uang tersebut. 5 adalah pengetahuan matematis tentang bilangan 5, bukan sifat uang.

4. Skema-Skema Operasi Formal

Umur 11 atau 12 tahun skema operasi formal sudah terbentuk, meliputi: - pengertian proporsional, - sistem referensi ganda, - pemahaman ekuilibrium hidrostatis, - bentuk-bentuk probabilitas tertentu (Piaget & Inhelder, 1969).

a. Proporsi

Proporsi adalah pemikiran membandingkan 2 (dua) hal, atau membagikan 2 (dua) hal. Pemikiran proporsi ini muncul pada anak usia 11 atau 12 tahun. Contoh proporsi adalah relasi antara berat benda dengan panjang lengan timbangan.

Lihat Gambar 19!


Remaja pertama kali menemukan bahwa semakin berat benda, lengan timbangan harus semakin pendek agar terjadi keseimbangan. Remaja mengerti bahwa supaya terjadi keseimbangan diperlukan lengan T1 lebih pendek dibandingkan lengan T2 bila beban A lebih berat dibandingkan beban B. Dengan kata lain beban dapat diimbangi dengan panjang lengan. Pengertian akan konsep keseimbangan membutuhkan pengertian proporsi. Dan konsep ini baru muncul pada tahap pemikiran Operasi Formal.

b. Sistem Referensi Ganda

Benda A bergerak ke kiri terhadap papan B. Sedang benda B bergerak ke kanan terhadap papan C.

Lihat Gambar 20!


Anak pada tahap Operasi Konkret mengerti adanya 2 proses / gerakan, yaitu A bergerak ke kiri terhadap papan B, dan papan B bergerak ke kanan terhadap papan C. tetapi belum dapat mengintegrasikan kedua gerakan tersebut.Anak pada tahap Operasi Formal dapat mengintegrasikan sehingga dapat menyatakan bahwa papan A adalah diam saja terhadap papan C.

c. Keseimbangan Hidrostatis

Kepada anak pada tahap Operasi Konkret dan PraOperasi dihadapkan bejana U-hidrostatis. Lihat Gambar 21!


 

Sebuah piston diletakkan pada kaki bejana sebelah kiri, sehingga air pada kaki bejana sebelah kanan naik, lalu terjadi keseimbangan. Pada anak pada tahap PraOperasi dan Operasi Konkret masih bingung, mengapa air pada kaki bejana sebelah kanan naik, sehingga terjadi keseimbangan. Remaja pada tahap Operasi Formal sudah mengerti konsep keseimbangan dan mengerti mengapa terjadi keseimbangan.

d. Pengertian Probabilitas

Menurut Piaget, untuk mengerti proses probabilitas, anak harus mengetahui 2 (dua) operasi pokok, yaitu: sistem kombinasi, dan perhitungan proporsi.Sistem kombinasi memungkinkan anak menggunakan dari unsur-unsur yang ada dalam memecahkan masalah. Menghitung proporsi yaitu dapat menangkap dan menghitung suatu probabilitas bahwa 2/3 = 4/6. Menurut Piaget, kemampuan ini baru muncul pada anak umur 11 atau 12 tahun.

1. Dua Reversibilitas

Anak pada tahap Operasi Formal telah dapat menggunakan dua unsur reversibilitas, yaitu inversi dan resiprok secara benar. Dalam sistem inversi, bila unsur inversi digabung dengan yang diinversikan, maka akan menjadi netral. Misalnya + A diinversikan –A, maka gabungannya (+ A – A) = 0. Dalam resiprok atau simetri, bila operasi awal dikombinasikan dengan resiproknya, maka akan menghasilkan ekuivalensi. Misalnya A < = B, B > = A, maka A = B.

Menurut Piaget, seorang remaja pada tahap Operasi Formal sudah dapat menggabungkan inversi dan resiprok dalam sistem keseluruhan yang baru, bukan penempelan inversi dan resiprok tetapi suatu gabungan operasi yang terpadu / menyeluruh.

Dark Psychology (Narsissism)

Orang narsisis dikategorikan sebagai orang yang memiliki gambaran berlebihan tentang dirinya dan sering kecanduan berfantasi tentang dirinya...