Persahabatan
Kita mempunyai harapan-harapan tertentu dari sahabat kita. Di sisi lain, terdapat hal-hal yang tidak kita harapkan dari seorang kenalan. Pada suatu saat kita merasakan adanya perilaku yang tidak sesuai dengan persahabatan sehingga menyebabkan berakhirnya persahabatan. Dari hal-hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa persahabatan diatur oleh serangkaian aturan informal yang dihargai dan dipelihara. Michael Argyle dan Monika Henderson ( 1984) menyebutkan adanya empat kriteria berlakunya peraturan dalam hal persahabatan :
- Pada umumnya orang setuju bahwa di dalam suatu persahabatan, perilaku perlu dibatasi/diatur oleh suatu aturan.
- Untuk teman-teman lama dan teman-teman baru, peraturan tersebut diterapkan secara berbeda.
- Kegagalan untuk setia terhadap peraturan seringkali menjadi alasan berakhirnya sebuah persahabatan.
- Terdapat peraturan yang membedakan perilaku antara teman dekat dengan teman yang tidak terlalu dekat.
Berdasarkan interview dengan mahasiswa-mahasiswa dari Inggris, Italia, Jepang, dan Hong Kong, selanjutnya Argyle dan Henderson mengidentifikasi aturan-aturan yang dianggap penting dalam persahabatan :
- Berbagi berita kesuksesan dengan sahabat.
- Memberikan dukungan emosional.
- Membantu dengan suka rela ketika dibutuhkan.
- Mengusahakan kebahagian sahabat di dalam lingkungannya masing-masing.
- Saling percaya dan menceritakan rahasia satu sama lain.
- Tetap bersikap/bertindak sebagai sahabat, baik ketika teman tersebut ada maupun tidak ada.
- Saling membayar hutang dan kebaikan-kebaikan.
- Bersikap/bertindak toleran terhadap sahabat.
- Tidak mengomel terhadap sahabat.
Catatan :
Aturan ke 7 s/d 9 tidak dapat membedakan antara teman dekat dengan teman yang kurang dekat.
Hays (1985) dalam penelitiannya terhadap mahasiswa baru membuktikan bahwa pasangan yang hubungannnya berkembang menjadi sahabat, tindakan-tindakannya agak berbeda dengan pasangan yang hubungannya tidak berkembang menjadi sahabat. Pada hubungan yang tidak berkembang menjadi persahabatan, tampak bahwa kontak mereka semakin berkurang. Sebaliknya, pada hubungan yang berkembang menjadi persahabatan ditandai pertama-tama oleh kesibukan aktivitas bersama, lalu aktivitas itu berkurang secara bertahap karena peningkatan aktivitas lain sebagai mahasiswa tahun pertama. Namun demikian penurunan jumlah interaksi ini dibarengi dengan peningkatan keintiman atau kualitas interaksi.
Analisis persahabatan pada jenis kelamin yang berbeda :
Persahabatan pada laki-laki lebih mungkin berkembang dari aktivitas bersama ; sedangkan persahabatan pada perempuan lebih tergantung pada komunikasi verbal dan keterbukaan diri ( Hays, 1985).
Derlega, Lewis, Harrison, Winstead, & Costanza (1989) menemukan bahwa pada persahabatan yang menggunakan sentuhan (misalnya pelukan atau ciuman, ketika menyambut kehadiran seorang sahabat yang tiba dari perjalanan, di airport) :
- Pada persahabatan antar laki-laki, tingkat keintiman sentuhan mereka paling rendah di antara pasangan-pasangan sahabat yang lain.
- Dalam studi mengenai persepsi terhadap sentuhan, dapat disimpulkan bahwa laki-laki lebih sering merasakan sentuhan sebagai awal seksualitas; dan sentuhan laki-laki lebih sering diinterpretasikan secara seksual dari pada sentuhan perempuan.
Pola-pola persahabatan yang lain :
McAdams, Healy, & Krause (1994) menemukan :
Individu yang memiliki kebutuhan keintiman (need for intimacy) yang lebih kuat, lebih mungkin untuk mengembangkan persahabatan, dan lebih mungkin untuk membuka diri terhadap sahabat-sahabatnya.
Individu-individu yang termotivasi oleh kebutuhan untuk berkuasa dan dominasi (need for power and dominance), lebih mencari kelompok yang besar untuk beraktivitas/berafiliasi, bukan mencari persahabatan dengan dengan perorangan.
No comments:
Post a Comment