KONSEPSI-KONSEPSI TENTANG CINTA & PENGUKURAN CINTA
Hampir semua orang yakin bahwa cinta itu berbeda dengan persahabatan. Cinta romantik berkembang lebih cepat daripada persahabatan. Cinta romantik nampaknya lebih mudah retak daripada persahabatan, dan lebih dapat berakibat negatif, misalnya frustrasi (Berscheid, 1985).
Merawat, merupakan dasar konsepsi dari cinta. Dalam hubungan percintaan, perilaku sering lebih dimotivasi oleh kepedulian terhadap minat-minat pasangan daripada minat-minat diri sendiri. Sedangkan kepedulian terhadap kebutuhan-kebutuhan diri sendiri nampaknya lebih merupakan ciri ketertarikan sepintas lalu daripada hubungan percintaan yang serius (Steck, Levitane, & Kelley, 1982).
Seorang psikolog sosial, Zick Rubin (1970, 1973) telah mengembangkan dua kuesioner, masing-masing untuk mengukur kondisi kesukaan dan kecintaan. Menurut Rubin :
- Kesukaan, pertama-tama lebih didasarkan pada afeksi dan respek. Item-item skala ini dikaitkan dengan kesepakatan tentang kualitas positif seorang teman dan kebutuhan untuk menjadi sama dengan teman tersebut.
- Kecintaan, bersandar pada keintiman, kelekatan, dan peduli terhadap kesejahteraan pihak lain. Item untuk skala ini dihubungkan dengan kesedihan karena tidak adanya seseorang yang dicintai, pemaafan terhadap kesalahan, dan tingginya tingkat keterbukaan diri.
Beberapa penemuan mengusulkan bahwa cinta bukan merupakan konsep yang berdimensi tunggal. Misalnya, terdapat dua tipe cinta : passionate (romantik) dan companionate (Hatfield, 1988; Peele, 1988; Walster & Walster, 1978).
- Cinta passionate merupakan pengalaman emosional yang mendalam: luar biasa gembira jika berbalas, dan sangat menderita bila tak berbalas.
- Cinta companionate merupakan bentuk cinta yang lebih familiar, yang didefinisikan sebagai afeksi yang kita rasakan terhadap seseorang yang memiliki jalinan mendalam dengan diri kita, merefleksikan hubungan jangka panjang, dan kemungkinan merupakan tahap lanjut dari cinta romantik.
John Alan Lee (1973) menunjukkan bahwa cinta itu bervariasi. Terdapat enam tipe gaya mencinta : cinta romantik, cinta permainan (game-playing love), cinta persahabatan, cinta yang menguasai (possesive love), cinta yang logis, dan cinta diri.
Robert Sternberg (1986) mencirikan cinta sebagai segi tiga yang terdiri dari tiga komponen : keintiman, gairah/nafsu, dan keputusan/komitmen.
- Keintiman menunjuk pada perasaan kedekatan/keterikatan terhadap orang lain.
- Gairah/nafsu menunjuk pada aspek romantik dan seksual dalalam hubungan
- Keputusan/komitmen, mencakup dua aspek : Pada tahap awal hubungan, menunjuk pada keputusan untuk menjalin cinta dengan seseoang; Pada tahap lanjut, menunjuk pada tingkat komitmen seseorang untuk terus mencintai orang tersebut.
Menurut Sternberg, perbedaan tipe cinta merupakan hasil dari perbedaan kekuatan dari tiga komponen tersebut diatas. Sebagai contoh :
- Tipe suka (liking), mencakup keintiman yang kuat, tetapi sedikit gairah/nafsu dan komitmen.
- Tipe infatuation, gairah/nafsunya paling kuat.
- Tipe empty love, komitmen yang paling kuat.
- Tipe consummate love, memiliki keseimbangan antara keintiman, nafsu, dan keputusan/komitmen.
- Tipe romantic love, mencakup keintiman dan nafsu yang kuat, namun lemah dalam hal keputusan/komitmen.
Tahap-tahap Perkembangan Cinta
- Tahap pertama, dapat disebut tahap perkenalan. Pada tahap ini dua orang mulai mengenal satu sama lain. Terbentuk kesan pertama, dan selanjutnya terjadi interaksi. Banyak hubungan yang tidak pernah berlanjut melebihi tahap ini, misalnya hubungan dengan dokter gigi yang merawat gigi kita,sopir bis langganan, seseorang yang pernah kita jumpai dalam pesta di rumah tetangga.
- Tahap kedua, pembentukan hubungan yang nyata. Pada tahap ini terjadi peningkatan saling ketergantungan. Terjadi peningkatan interaksi dan kehendak untuk saling membuka diri; mulai meluangkan waktu dan energi untuk hubungan tersebut; mengkoordinasikan aktivitas satu sama lain; dan mengantisipasi interaksi-interaksi yang menyenangkan di masa yang akan datang.
- Tahap ketiga, adalah tahap mempererat hubungan. Kemajuan dalam tahap ini tidak selalu mulus. Dapat terjadi ketegangan di antara keduanya. Misalnya, pasangan yang bercinta, seringkali mengidealkan pasangannya, namun seringkali menemukan karakteristik-karakteristik yang tidak ideal pada pasangannya.
Pada tahap ini kemungkinan terjadi kecemburuan, sebagai akibat pertumbuhan komitmen. Terdapat ungkapan “Cemburu selalu lahir bersamaan dengan lahirnya cinta”. White (1981) serta White & Mullen (1989) menunjukkan bahwa terdapat dua faktor umum yang ada pada reaksi cemburu : kebutuhan untuk memiliki hubungan yang eksklusif dan perasaan kurang/ tidak cakap (inadequacy). Pada laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan :
Pada laki-laki, kecemburuan seringkali berhubungan dengan harga diri (self-esteem), khususnya bahwa respek terhadap pasangan merupakan sumber harga diri, dan bahwa hal ini tergantung sejauh mana dia mendukung keyakinan-keyakinan akan peran gender tradisional. Dengan kata lain, kecemburuan pada laki-laki tampaknya lebih berhubungan erat dengan status.
Pada perempuan, kecemburuan terutama berhubungan dengan ketergantungan yang kuat terhadap hubungan itu sendiri.
Meskipun kecemburuan dapat menjadi ancaman dalam perkembangan hubungan, namun hal ini tidak selalu dialami.
- Tahap ke empat, merupakan tahap perkembangan komitmen yang nyata. Pada tahap ini terjadi perubahan perasaan-perasaan dan perilaku. Salah satu perubahan yang ada adalah terjadinya peningkatan kepercayaan (trust). Dalam hal ini kita dapat mempertimbangkan tiga macam kepercayaan terhadap pasangan :
- Kepercayaan yang mencakup predictability, yaitu kemampuan untuk meramalkan apa yang akan dilakukan oleh pasangannya.
- Kepercayaan yang berimplikasi dependability, yaitu mengembangkan asumsi tertentu tentang karakteristik dan kecenderungan-kecenderungan internal dari pasangannya. (Predictability maupun dependability diperoleh berdasarkan pengalaman dan fakta yang telah lewat).
- Kepercayaan yang berimplikasi faith. Pada tahap ini orang memandang kedepan, yakin bahwa outcome (hasil) tertentu akan dicapai.
Dalam hubungan yang erat, cinta dan kebahagiaan terkait erat dengan tiga elemen kepercayaan ini.
Pada beberapa kasus, perkembangan komitmen nyata yang dicapai pada tahap ke empat ini merupakan hasil perkembangan dari cinta. Namun demikian pada kasus di mana masyarakat mengatur perkawinan sebagai suatu keharusan, komitmen merupakan hasil dari kesepakatan formal, dan selanjutnya keterlibatan emosional serta cinta berkembang mengikuti lahirnya komitmen tersebut.
Berdasarkan penelitian Marc Blais (Blais, Sabourin, Boucher, & Valeran, 1990) terhadap subjek yang rata-rata umurnya 38.1 tahun dan telah berpasangan rata-rata selama 12.6 tahun, ditemukan bahwa individu yang berpasangan dalam jangka panjang yang motivasi komitmennya bersifat internal (benar-benar karena pilihannya; bukan karena menghasilkan reward, menghindari punishment, atau menghindari rasa bersalah), merasakan perilaku-perilaku mereka yang berorientasi pada hubungan sebagai hal yang menyenangkan (positif). Persepsi semacam ini berhubungan langsung dengan kebahagiaan mereka dalam berelasi.
Lebih lanjut, Blais dkk menemukan bahwa motivasi-motivasi dari pihak perempuan (bukan dari pihak laki-laki), mempengaruhi persepsi pasangannya (secara nyata memang kita dapat melihat bahwa dalam suatu hubungan, persepsi masing-masing pihak akan mempengaruhi persepsi pihak lain). Hal ini menunjukkan bahwa perempuan memainkan peran yang lebih besar dalam mengembangkan dan mengelola hubungan dari pada laki-laki.
No comments:
Post a Comment