KEPASTIAN
Kita memulai pembahasan kita dengan pertanyaan: apa itu kepastian? Apakah ada kepastian dalam ilmu pengetahuan? Untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan di atas Verhaar dan Haryono (1989: 111) membedakan kepastian dan evidensi dalam kesatuan subyek-obyek. Menurut mereka, evidensi terletak pada obyek, sedangkan kepastian terletak pada subyek. Evidensi merupakan terang atau daya obyek yang menampakkan diri sebagai benar, sedangkan kepastian adalah keyakinan dalam diri subyek bahwa yang dikenalnya adalah betul-betul obyek yang ingin diketahuinya. Selanjutnya Keraf dan Dua (2001: 77) menjelaskan dua pandangan atau teori yang akan menjawabi pertanyaan di atas, yaitu pandangan kaum rasionalis yang menekankan kebenaran rasioanal-logis, dan pandangan kaum empiris yang menekankan kebenaran empiris. Pertama: menurut kaum rasionalis kepastian berkaitan dengan subyek. Mereka sangat yakin bahwa kebenaran sebagai keteguhan bersifat pasti, yaitu pasti benar. Karena kesimpulan yang mengandung kebenaran sebenarnya hanya merupakan konsekuensi logis dari pernyataan-pernyataan, teori atau hukum ilmiah lainnya. Karena itu sejauh pernyataan sebelumnya benar (proposisi-proposisi) kesimpulan tersebut dengan sendirinya pasti benar. Lalu, apakah ada kebenaran sementara dalam kebenaran rasional? Kaum rasional selalu menganggap tidak ada kepastian sementara, yang ada hanyalah kepastian, suatu keteguhan. Tapi bagaimana pun juga kesimpulan yang dianggap benar tetap bergantung pada kebenaran pernyataan, teori sebelumnya. Bisa saja ada sebagian teori yang salah, atau ada kemungkinan salah di dalamnya. Kedua, Kaum empiris tidak pernah bermaksud untuk menghasilkan suatu pengetahuan yang pasti benar tentang alam. Menurut kaum empirisis ilmu pengetahaun tidak sama dengan iman dalam agam. Iman dalam agama mengkleim diri sebagai suatu yang benar tidak diganggu gugat, sedangkan ilmu pengetahuan mengklaim diri lebih moderat. Bahwa kita tidak dapat memberikan yang psti tentang obyek penelitiannya, ilmu pengetahuan tidak pernah memberikan formulasi yang final dan absolut tentang seluruh universum. Pengakuan ini dalam filsafat ilmu pengetahuan disebut falibilisme: bersikap kritis terhadap apa yang telah dicapai. Jadi, boleh kita katakan bahwa kepastian empiris adalah kepastian sementara, kepastian yang masih terus diselidiki, masih terus dikritisi. Jadi menurut kaum empirisis bahwa cita-cita dasar ilmu pengetahuan adalah berusaha menemukan kebenaran dalam penemuan ilmiahnya. Tapi sikap terbuka dan terus mengeritik penemuan ini untuk terus diteliti merupakan suatu sikap ilmiah yang perlu dipupuk demi penemuan kebenaran yang pasti. Kita tidak mungkin sampai pada suatu kebenaran yang sepasti-pastinya, tapi ada perjuangan untuk mencapai kebenaran itu.
No comments:
Post a Comment