Psikologi Humanistik ( Abraham Maslow)

Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan 
adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalis.
Psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan 
alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic exication). 
Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan  humanistic.
Aliran Psikologi Humanistik selalu mendorong peningkatan kualitas diri 
manusia melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yang ada pada setiap insan. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman, proses pendidikan pun senantiasa berubah.

Aliran humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi 
ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behavioristik. 
Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relatif masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan konsep yang relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan hal-hal yang bersifat positif tentang 
manusia.
Dalam tulisan singkat ini akan dijelaskan mulai dari tokoh-tokoh penting dalam aliran humanistik dan teorinya yang relevan dengan psikologi pendidikan, dan diakhiri dengan aplikasi psikologi 
humanistik dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses 
pembelajaran.

Tokoh-tokoh Penting dalam Aliran Humanistik dan 
Teorinya

1. Abraham Maslow 
 Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah 
tokoh yang menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di 
bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya 
memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting 
didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan 
positif untuk tumbuh dan kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan (Rumini, dkk. 1993).
Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah-yang paling 
asasi- sampai dengan kebutuhan tertinggi yakni kebutuhan estetis. 
Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum, tidur dan sex menuntut 
sekali untuk dipuaskan. Apabila kebutuhan ini terpuaskan, maka 
muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Berikutnya adalah kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan berkeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan 
ini dapat mendorong seseorang berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan perhatian, misalnya dia menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga 
diri, yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh 
orang lain.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan 
yang tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan 
kepada terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil, tidaklah sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk 
tahu dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman. Sesudahnya, Maslow berpendapat adanya kebutuhan estetis, yakni dorongan keindahan, dalam arti kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan kelengkapan.
 Maslow membedakan antara empat kebutuhan yang pertama dengan tiga kebutuhan yang kemudian. Keempat kebutuhan yang pertama disebutnya dediciency need (kebutuhan yang timbul karena kekurangan), dan pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya bergantung pada orang lain. Sedangkan ketiga kebutuhan yang 
lain dinamakan growth need (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada manusia itu sendiri.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan 
untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa menyalahkan anak atas 
kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak 
tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.

No comments:

Post a Comment

Dark Psychology (Narsissism)

Orang narsisis dikategorikan sebagai orang yang memiliki gambaran berlebihan tentang dirinya dan sering kecanduan berfantasi tentang dirinya...