Terapi-Terapi Humanistik dan Eksistensial (Terapi Psikologis)

TERAPI-TERAPI HUMANISTIK DAN EKSISTENSIAL

1. Client-centered Therapy.  

Menurut Rogers, terapis memberikan kesempatan kepada orang yang bermasalah untuk mengembangkan cara pengatasan masalahnya. Mereka yang mencari bantuan terapis tidak disebut pasien (orang yang sakit dan pasif dan memerlukan penanganan dokter), melainkan klien (client), yakni orang yang membayar suatu pelayanan profesional dan menentukan tujuan dan jalannya pelayanan tersebut.   Proses yang demikian ini disebut Client-centered karena klien yang membentuk prosesnya.

Client-centered therapist  mencoba membantu  dengan memfasilitasi kesadaran diri klien dengan cara memelihara hubungan klien-terapis. Hubungan tersebut harus memenuhi kualitas sbb.: 
- Terapis harus mempunyai empati terhadap klien (menempatkan diri dalam dunia pandangan-pandangan klien) agar dapat meluruskan distorsi-distorsi. 
- Terapis harus sensitif, memberikan penghargaan yang positif, tidak pernah mengkritik, selalu menerima, tidak menjadi pengambil keputusan, tidak menyelidik, dan tidak menyatakan ketidaksetujuan.  Penerimaan semacam ini diperlukan agar klien merasakan dirinya lebih positif.  
- Terapis harus bersikap tulus, yakni terbuka, spontan, dan penuh perhatian.

Terapis memfasilitasi kesadaran klien dengan merefleksikan esensi perasaan-perasaan yang mereka ungkapkan. Tehnik semacam ini disebut reflection of feeling.


2. Terapi Gestalt.  

Pendiri terapi ini adalah Fritz Perls.  Pendekatan ini dirancang untuk membuat orang menjadi utuh (whole) dengan cara mendorong mereka melepaskan mekanisme pertahanan, menggali potensi-potensinya, mengeluarkan perasaan-perasaan yang terpendam, bertanggung jawab atas tindakan-tindakan dan ucapannya, dan lebih dari itu mereka memusatkan diri pada situasi saat ini (tidak berorientasi terhadap masa lalu ataupun masa-masa yang akan datang).  


3. Terapi Eksistensial. 

Tokohnya, antara lain Viktor Frankl dan Rollo May. Mereka membuat klien sadar bahwa mereka selalu mempunyai pilihan. Ide ini dilakukan dengan cara memperbesar problem atau simptom-simptom.  Contoh: Orang yang mengeluh tidak dapat mengendalikan makan diminta untuk menambah porsi makannya. Hal ini untuk mendemonstrasikan secara gamblang bahwa mereka mampu mengendalikan; Penderita kompulsif yang mencuci tangan 25  kali dalam sehari diminta untuk mencucinya 50 s/d 75 kali dalam sehari.  Teknik ini disebut  paradoxial intention. 

Terapi ini mengajak klien untuk melihat bahwa problem mereka merupakan hasil dari pilihan-bebas mereka sendiri dalam berperilaku.  Bagi kaum eksistensialis, yang paling penting untuk menjadi pribadi yang sehat adalah dengan mengembangkan sistem nilai, yaitu suatu perasaan yang jelas mengenai tujuan hidup sehingga dapat menetapkan pilihan-pilihan perilakunya.

Dengan demikian nampak bahwa terapi eksistensial ini lebih merupakan gabungan antara psikologi dan filosofi.

Komentar : Metode Carl Rogers yang mengembangkan client-centered therapy sangat efektif sekali, karena tidak memojokan client yang memang seharusnya dibantu dan dengan cara yang baik,  Terapi Gestalt dan Terapi Eksistensial ada unsure memojokkan clientnya.

No comments:

Post a Comment

Dark Psychology (Narsissism)

Orang narsisis dikategorikan sebagai orang yang memiliki gambaran berlebihan tentang dirinya dan sering kecanduan berfantasi tentang dirinya...