Pembelajaran Bagi Karyawan (Teori Keterkaitan (Connectionist))

Pembelajaran Bagi Karyawan    

    Teori keterkaitan didasarkan pada asosiasi antara rangsang dan jawaban; pembelajaran dipostulasi sebagai suatu pengembangan perilaku (jawaban) sebagai hasil dari satu subjek dipaparkan kepada satu rangsang. Persepsi dan penyadaran  (insight) tidak dianggap sebagai pengaruh yang bermakna dalam proses pembelajaran.

    Termasuk dalam teori 'keterkaitan' ini adalah pengaitan klasik (classical conditioning), Pavlov dan penganutnya, teori pengukuhan kembali (reinforcement theory), Thorndike, Hull, dan teori pengkondisian dalam kelangsungan (operant conditioning), Skinner (Chisnall,1995).

Ada empat macam dari pengukuhan kembali (reinfocements), yang disebut contingencies of reinforcement yang digunakan untuk memperkuat perilaku tertentu dan memperlemah perilaku lainnya (minner, 1992), yaitu :

1. Pengukuhan kembali yang positif (positive reinforcement)

Mencakup pemberian hadiah tertentu sesuai dengan bagaimana seseorang menunjukkan perilaku yang diinginkannya (misalnya, seorang tenaga kerja mendapat penghargaan karena satu tahun kerja tidak pernah absen dari pekerjaannya). hadiah ini dapat berbentuk faali seperti makanan , air, atau seks, tapi dalam konteks organisasi lebih berbentuk hal hal seperti promosi , peningkatan dari imbalan, pujian atau kondisi kerja yang lebih sesuai dengan yang diinginkan. Perlu ditambahkan bahwa arti atau makna hadiah berbeda dari satu orang ke orang lain. 

2. Pembelajaran dengan upaya penghindaran (avoidance Learning) 

Mencakup penarikan diri atau menghindari satu kondisi yang tidak menyenangkan pada saat perilaku ditampilkan. Misalnya seorang tenaga kerja menghindari atau mencegah untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan yang ia anggap benar, karena, kalau ia tetap melaksanakannya ia akan mendapatkan omelan dari atasannya. Sebagai gantinya ia bekerja dengan cara yang ia ketahui disetujui oleh atasannya. Macam pengukuhan kembali yang negatif (negative reinforcement).

3. Penghapusan/Penghilangan (Extinction) 

Mencakup satu penarikan diri dari pengukuhan kembali yang positif sedemikian rupa sehingga perilaku yang tidak diinginkan makin melemah dan akhirnya hilang. Misalnya seorang tenaga kerja setiap ada kesempatan selalu mengajukan pandangannya yang tidak bermakna kepada atasannya. Atasannya mula-mula mau mendengarkannya itu (pengukuhan-kembali positif), akhirnya membiarkan bawahannya berbicara tanpa memberikan satu tanggapan apapun.

4. Penghukuman (Punishment)

Mencakup pemberian akibat yang negatif pada saat timbulnya perilaku yang tidak diinginkan, dengan tujuan  untuk menurunkan frekuensi timbulnya perilaku tersebut (sehinga akhirnya hilang). Pengukuhan kembali dengan cara ini sering gagal karena (Miner, 1992).                   
a. Hanya menekan (tidak memunculkan) perilaku sementara, bukan mengubahnya secara tetap.
b. Menimbulkan perilaku emosional, sering diarahkan ke orang yang memberi hukuman.
c. Dapat menjadi sikap umum terhadap situasi yang serupa, sehingga tidak diperlihatkan oleh perilakunya, meskipun sesuai. misalnya anak sering bertanya. Setiap bertanya ia ditegur, tidak boleh bertanya. pada situasi lain ia juga akan diam tidak bertanya , meskipun ia diharapkan dan memang perlu mengajukan pertanyaanya.
d. Dapat membuat orang yang memberikan hukuman menjadi 'rangsang yang aversif' sehingga ia tidak dapat mengambil tindakan apa pun yang dipandang sebagai pengukuhan kembali yang positif. 

No comments:

Post a Comment

Dark Psychology (Narsissism)

Orang narsisis dikategorikan sebagai orang yang memiliki gambaran berlebihan tentang dirinya dan sering kecanduan berfantasi tentang dirinya...