Dark Psychology (Narsissism)

Orang narsisis dikategorikan sebagai orang yang memiliki gambaran berlebihan tentang dirinya dan sering kecanduan berfantasi tentang dirinya sebagai orang luar biasa yang berada di atas orang lain. 

Mereka sangat rentan mengeksploitasi orang lain atau memanfaatkan orang lain demi keuntungan mereka sendiri. Dinyatakan juga bahwa orang narsisis akan bereaksi buruk ketika ego atau citra dirinya terancam dengan cara apa pun, dan mereka juga kesulitan untuk tetap tenang Ketika hal ini terjadi. 

Nama Narsisme diambil dari nama tokoh mitologi yang dikenal sebagai Narcissus, yang mengagumi dan mengagumi bayangan dirinya sendiri dan bahkan jatuh cinta pada dirinya sendiri. Dalam karyanya, Sigmund Freud juga menyatakan bahwa narsisme merupakan tahap normal dalam perkembangan seseorang ketika masih kecil. Namun, gangguan ini dianggap sebagai gangguan jiwa jika muncul kembali atau menetap setelah seseorang mengalami masa pubertas. 

Dark Psychology ( Machiavellianisme)

Machiavellianisme sebagian besar dikenal sebagai ciri kepribadian yang melibatkan manipulasi dan penipuan. 

Di dalamnya juga terdapat pandangan tertentu terhadap sifat manusia yang lebih condong ke sisi sinis dan tipe kepribadian ini selama ini dikenal dingin dan penuh perhitungan terhadap manusia lain. Ini pertama kali dijelaskan oleh Christie dan Geiss pada tahun 1970 dan ditranskripsikan sebagai proyeksi filosofi Niccolo Machiavelli, yang merupakan seorang penulis dan filsuf Italia. 

Hal ini
terkait dengan psikologi karena
pandangan politiknya yang dianggap licik, penuh tipu muslihat, dan penuh
perhitungan. Kemudian, ia ditambahkan
ke triad gelap karena kesamaannya
dengan psikopati dan narsisme dan
bagaimana hal itu mencirikan banyak
kepribadian yang tidak sepenuhnya
mencerminkan narsisme dan psikopat
melainkan pandangan dan keyakinan
Niccolo Machiavelli (Taylor, 2018).
Machiavellian menggunakan
kebohongan, kecurangan, dan penipuan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dan mencapai tujuan mereka.. Mereka tidak punya kebutuhan atau
keinginan untuk terhubung atau menjadi terikat secara emosional dengan seseorang dan memiliki emosi dan perasaan yang sangat dangkal. Inilah sebabnya mengapa mereka begitu nyaman atau hampir apatis terhadap gagasan menyakiti atau menipu seseorang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan darinya.

 Machiavellianisme adalah sebuah sikap yang sangat berbahaya yang dimiliki individu karena mereka biasanya sangat dingin, licik, ambisius, dan penuh perhitungan. Mereka tidak perlu memvalidasi diri mereka sendiri, namun mereka perlu berhasil dalam hal apa pun yang mereka kejar. 

Keyakinan mereka sangat bermasalah, dan mereka cenderung menipu atau memanipulasi orang lain hanya demi mencapai tujuan mereka. Mereka seperti dua kepribadian lainnya dalam triad karena kurangnya empati dan kemampuan mereka untuk menikmati menyakiti orang lain demi keuntungan pribadi.

Mereka tidak peduli dengan konsekuensi tindakannya atau dampaknya terhadap orang lain, meskipun mereka sadar sepenuhnya betapa destruktif dan menyakitkannya tindakan tersebut bagi orang tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang Machiavellian mungkin tidak sepenuhnya kekurangan empati. Mereka bahkan mungkin dapat memahami perasaan atau keadaan emosi orang lain—mereka hanya sangat apatis terhadap aspek tersebut dan tidak peduli (Taylor, 2018). 
Subkelompok Machiavellian tertentu dapat mengabaikan empati sepenuhnya dalam arti bahwa mereka tahu bahwa mereka merugikan orang tersebut melalui penipuan atau manipulasi, namun mereka membatasi perilaku reaktif ketika harus merespons kerugian yang mereka timbulkan. 
Menurut Taylor (2018), psikolog evolusioner menganggap hal ini bermanfaat bagi Orang-orang ini karena mereka tidak terkekang atau terdorong oleh hati nurani ketika harus mendapatkan apa yang mereka inginkan atau mencapai sesuatu berdasarkan kejatuhan orang lain. Mereka dapat memalsukan empati atau berpura-pura peduli, namun mereka sering kali menemukan cara untuk mengalihkan kesalahan atau menghindari tanggung jawab atas tindakan mereka melalui lebih banyak manipulasi atau dalam beberapa kasus, bahkan penyangkalan. 

Machiavellian berbahaya karena sikap apatisnya terhadap orang lain perasaan dan emosi. Mereka tidak peduli jika mereka menimbulkan trauma atau kerusakan pada kehidupan atau kesejahteraan orang lain. Yang mereka pedulikan hanyalah keuntungan mereka sendiri dan keuntungan yang dimilikinya. Ambisi mereka hampir menimbulkan rasa iri karena kemampuan mereka untuk sukses tanpa penyesalan atau penyesalan apa pun. 

Dark Psychology (Manipulation)

Berikut adalah beberapa alasan MENGAPA orang menjadi pengendali atau manipulator: 

- Mereka mempunyai kebutuhan untuk mendorong motivasi mereka sendiri dan keuntungan individu dengan mengorbankan orang lain. Mereka juga mempunyai kebutuhan yang kuat untuk
mencapai sentimen kekuasaan yang kuat dan dominasi yang terlibat dengan orang lain. 

- Mereka berkeinginan dan perlu merasa
bertanggung jawab dan berkeinginan
untuk meningkatkan sentimen kontrol
dan kekuasaan atas orang lain untuk
meningkatkan kepercayaan diri mereka.

- Lingkungan sekitar-kelelahan atau
kecapekan terhadap faktor lingkungan
dan lingkungan sekitarnya,
menganggapnya sebagai permainan
yang lebih dari merugikan orang lain 
atau berpotensi menghancurkan
kehidupannya. 

- Rencana menyamar, kriminal atau
hal lainnya, termasuk pengendalian
anggaran (biasanya terjadi ketika orang
kaya yang sudah tua atau tidak mengerti
apa pun, yang tidak terlindungi dengan
sengaja fokus hanya pada alasan untuk
mendapatkan sumber daya moneter
suatu target). 

- Fobia terhadap komitmen, 
dan mengakibatkan legitimasi (
berupaya meyakinkan diri sendiri
mengenai kelemahan perasaannya
sendiri). 

- Tidak adanya kendali atas perilaku yang
terburu-buru dan bermusuhan serta
mempraktikkan kendali atau manipulasi
yang bersifat pre-emptive atau
tradisionalis untuk menjaga citra pribadi
mereka. 

Gunakan untuk hal baik jangan
memanipulasi orang dan agar 
terhindar dari dimanipulasi orang. 


Brand Personality

Brand Personality 

Penelitian menemukan fakta bahwa: 

- Konsumen cenderung menentukan ciri-ciri produk/merek, seakan akan ciri-ciri itu sifat manusia. Mereka menganimasi setiap produk yang mereka kenal. Inilah yang disebut brand personality. 

- Brand personality menciptakan ekspektasi tentang ciri-ciri kunci, kinerja dan kegunaan produk, serta layanan yang mendampinginya. 

- Brand personality seringkali menjadi dasar hubungan jangka panjang konsumen dengan merek. 

Banyak contoh akan adanya brand personality ini, misalnya, banyak 
perusahaan mobil menciptakan mobil dengan berbagai macam model, 
ukuran dan warna, karena onsumen mengasosiasikan setiap model dengan kepribadian tertentu. Orang mengasosiasikan mobil Mercedes dengan kepribadian yang mapan, sedangkan BMW dengan pribadi yang berjiwa muda dan mengejar kesuksesan. Parfum Axe diasosiasikan dengan sensasi kejantanan, sedangkan Drakar dengan pribadi yang kuat. Produk seringkali juga diasosiasikan Dengan genders. Produk tertentu adalah produk pria dan yang lain produk wanita. 

Frustasi (Tujuan Tidak Tercapai) dan Bentuk Pertahanan Diri

Frustrasi yang dialami seseorang pada umumnya akan mendorong Orang tersebut untuk membangun suatu mekanisme pertahanan diri (defence mechanism) di mana orang mendefinisikan kembali situasi frustrasi itu dengan maksud untuk melindungi citra diri serta mempertahankan harga diri. Seorang eksekutif muda yang diPHK akan bercerita kepada temannya bahwa dia harus mengundurkan diri sebagai akibaty krisis moneter.

Bentuk mekanisme pertahanan diri dapat mengambil bentuk-bentuk berikut:

1. Agresi. Orang yang mengalami frustrasi dapat melakukan perilak yang agresif, misalnya ketika dia gagal dalam suatu mata kuliah, bukunya lalu dibanting.

2. Rasionalisasi. Kadang-kadang orang memberikan definisi Pada Situasi frustrasi dengan alasan-alasan yang kedengarannya masuk akal tentang mengapa dia tidak dapat mencapai tujuannya. Orang ini tidak bermaksud berbohong. Rasionalisasi terjadi sebagai akibat distorsi yang ditimbulkan oleh situasi frustrasi yang tidak sepenuhnya dia sadari. Orang yang frustrasi karena gagal ujian mengatakan bahwa dia harus merawat teman yang sakit sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk belajar.

3. Regresi. Regresi adalah reaksi seseorang terhadap situasi frustrasi dengan berperilaku seperti anak-anak. Seorang karyawan accounting yang tahu dia akan gagal menyelesaikan tugas komputernya, laly merusak program dalam master jaringan komputer supaya semua orang tidak dapat mengerjakan pekerjaannya. Oleh karena itu, atasan tidak akan menyalahkan dia saja. Daripada orang lain mendapat pujian, lebih baik semua gagal.

4. Menarik diri (withdrawal). Rasa frustasi kadang-kadang dapat diatasi dengan menarik diri dari situasi penyebab frustrasi itu. Orang yang tidak berhasil bermain catur, maka ia tidak akan mau bermain catur lagi.

5. Proyeksi (blaming others). Seseorang yang frustrasi karena gagal mencapai tujuan akan menyalahkan orang lain, obyek lain atau situasi. Banyak orang yang mengalami kecelakaan lalu menyalahkan pengendara lain yang terlibat dalam kecelakaan itu, padahal mungkin itu akibat kesalahannya sendiri.

6. Autisme. Kegagalan mencapai tujuan juga bisa menyebabkan seseorang mengembangkan pemikiran yang sangat didominasi oleh kebutuhan dan perasaannya. Dia akan melamun dan berkhayal karena dengan demikian seakan-akan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya sudah tercapai.

7. Identifikasi (iklan tentang kegagalan - solusi). Orang yang mengalami kegagalan bisa juga mengatasi perasaan frustrasinya dengan (secara tidak sadar) mengidentifikasikan dirinya sendiri dengan orang lain atau situasi lain yang dianggap relevan. Kenyataan ini telah banyak dimanfaatkan oleh pengiklan. Orang yang frustrasi kare-na lelah dan tangannya rusak gara-gara mencuci pakai-an akan mudah sekali terpengaruh oleh iklan mesin cuci yang menampilkan aktrisaktris "Si Doel Anak Sekolahan", si Atun dan Sarah, dan akan membeli mesin cuci tersebut.

8. Represi (forgetting the needs). Ketegangan yang ditimbulkan oleh keadaan ffrustrasi kadang-kadang diatasi dengan melupakan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Jadi, orang akan memaksa kebutuhan tersebut untuk keluar dari kesadarannya. Kadang-kadang kebutuhan itu akan bermanifestasi secara tidak langsung. Orang yang tidak punya anak akan sayang sekali pada binatang peliharaan atau tanaman. Hal ini disebut sublimasi. Sublimasi adalah jenis lain dari mekanisme pertahanan diri dan perilaku yang ditimbulkan masih bisa diterima oleh lingkungan sosialnya. 

Peran Kompetitor sebagai Kekuatan Penting dalam Kancah Persaingan

Pemasaran adalah peperangan memperebutkan persepsi konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Perusahaan harus terus berkreasi dan berinovasi dalam mengetahui kebutuhan, keinginan, selera konsumen, perilaku beli mereka , dan merancang produk untuk memenuhi kebuuhan tersebut secara lebih baik dari apayang dilakukan kompetitor, serta mempengaruhi konsumen untuk membeli produknya berdasarkan perilaku mereka.

Konsumen (Sebagai Kekuatan Kompetitif)

 Konsumen (Sebagai Kekuatan Kompetitif)

Bahwa pembeli (customer, buyer) memiliki kedudukan sebagai salah satu kekuatan kompetitif melalui daya tawarnya (bergaining power). Daya tawar pembeli ini menjadi sangat penting karena merekalah yang mempunyai kebutuhan dan keinginan.

Untuk memenuhi kebutuhan itu mereka jugalah yang mempunyai sarana pembelian (waktu dan uang), menentukan pilihan dan mengambil keputusan membeli.
Perusahaan yang gagal memahami kebutuhan, keinginan, selera dan proses keputusan beli konsumen akan mengalami kegagalan dalam pemasaran dan penjualannya, sehingga akan gagal juga dengan kinerja keseluruhannya.

Perusahaan yang mempunyai keunggulan kompetitif dapat mempengaruhi konsumen ataupun prospek (calon konsumen)untuk dengan mantap menjatuhkan pilihan pada produknya. Perusahaan menyelidiki perilaku konsumen dan bagaimana cara memuaskannya.
 

Hubungan antara tingkat stres dan unjuk kerja

Hubungan antara tingkat stres dan unjuk kerja cenderung mengikuti pola U-shaped. Artinya, rendahnya atau terlalu tingginya tingkat stres dapat berdampak negatif pada unjuk kerja.

1. **Rendahnya Stres:**
   - Tingkat stres yang terlalu rendah dapat menyebabkan kurangnya motivasi dan keterlibatan, berpotensi memengaruhi kualitas unjuk kerja.

2. **Eustress (Stres Positif):**
   - Tingkat stres yang optimal atau eustress dapat meningkatkan fokus, motivasi, dan performa, sehingga berkontribusi positif pada unjuk kerja.

3. **Distress (Stres Negatif):**
   - Tingkat stres yang tinggi atau distress dapat mengakibatkan kelelahan, kecemasan, dan ketegangan, yang dapat merugikan unjuk kerja.

Penting untuk mencari keseimbangan stres yang sehat, di mana tantangan yang dihadapi dapat diatasi dengan baik tanpa membebani individu secara berlebihan.

Eustress dan Unjuk Kerja

Eustress dapat memiliki dampak positif pada unjuk kerja karena dapat meningkatkan motivasi dan fokus. Ketika seseorang mengalami eustress dalam menghadapi tugas atau tantangan, hal itu dapat memicu respons positif dalam kinerja mereka, membantu mereka mencapai tujuan dengan lebih baik. 

Oleh karena itu, hubungan antara eustress dan unjuk kerja seringkali bersifat positif.

Distress dan Unjuk Kerja

Distress, yang merupakan bentuk stres negatif, dapat memiliki dampak merugikan pada unjuk kerja. Stres yang berlebihan atau tidak terkendali dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi, membuat keputusan, dan bekerja secara efektif. 

Dalam jangka panjang, distress dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan kesejahteraan kerja. Jadi, hubungan antara distress dan unjuk kerja cenderung bersifat negatif.

Eustress

Apa yang dimaksud dengan "eustress" adalah stres positif atau menguntungkan yang dapat meningkatkan motivasi, fokus, dan kinerja, seringkali terkait dengan situasi yang menantang namun dapat diatasi.

Dark Psychology (Narsissism)

Orang narsisis dikategorikan sebagai orang yang memiliki gambaran berlebihan tentang dirinya dan sering kecanduan berfantasi tentang dirinya...