Kenali Kepribadianmu Dengan Big Five


✨ “Kenali Kepribadianmu dengan Big Five!” ✨


🔹 1. Neurotisisme – Cemas & mudah gugup (Kebaikan) ↔ Tenang & percaya diri
🔹 2. Ekstraversi – Supel & energik ↔ Pemalu & tertutup
🔹 3. Keterbukaan – Kreatif & inovatif ↔ Kurang imajinasi
🔹 4. Keramahan – Percaya & suka membantu ↔ Dingin & kasar
🔹 5. Ketekunan – Rapi & disiplin ↔ Ceroboh & tidak konsisten

“Lima sifat ini disebut Big Five, konsep populer dari Lewis Goldberg (1981). Mana yang paling menggambarkan kamu? ✨ #BigFive #Psikologi #SelfDiscovery”

PEMBENTUKAN SIKAP

PEMBENTUKAN SIKAP

Sikap terbentuk melalui berbagai proses. Banyak sikap berkembang dari pengalaman langsung dengan suatu objek sikap atau dipelajari melalui proses operant dan classical conditioning. Bukti penelitian juga menunjukkan bahwa sikap bisa memiliki dasar genetik.

1. Pengalaman langsung
Sikap terbentuk melalui interaksi langsung dengan seseorang, isu, atau objek. Sikap yang dibentuk dari pengalaman nyata biasanya menjadi prediktor kuat perilaku di masa depan.


2. Classical Conditioning
Ketika suatu stimulus positif/negatif dipasangkan berulang kali dengan objek netral, objek itu akhirnya ikut dinilai positif/negatif. Proses ini sering terjadi tanpa kita sadari.


3. Operant Conditioning
Sikap terbentuk ketika perilaku terhadap objek tertentu diberi konsekuensi. Jika perilaku diberi hadiah/penguatan → terbentuk sikap positif. Jika dihukum atau ada konsekuensi negatif → terbentuk sikap negatif.


4. Faktor Genetik
Penelitian pada kembar identik menunjukkan adanya pengaruh genetik terhadap sikap, terutama karena gen memengaruhi temperamen dan kepribadian. Sikap dengan dasar genetik lebih sulit diubah dan lebih kuat memengaruhi perilaku.

Assessment Center: Metodologi & Elemen Utama

Assessment Center: Metodologi & Elemen Utama

Metode Assessment Center pertama kali diperkenalkan melalui studi besar yang dilakukan oleh AT&T. Seiring waktu, metode ini terus dikembangkan, diteliti, dan diterapkan secara luas baik di dalam negeri maupun internasional. Kini, Assessment Center digunakan di berbagai sektor—mulai dari lembaga pemerintahan (seperti kepolisian dan pemadam kebakaran), industri jasa, hingga perusahaan manufaktur.

Karena penggunaannya yang semakin luas, organisasi International Task Force on Assessment Center Guidelines menetapkan pedoman resmi mengenai struktur, etika, dan standar profesional Assessment Center. Dalam pedoman terbaru, ada 10 elemen penting yang wajib ada agar suatu proses bisa disebut sebagai Assessment Center:

1. Analisis Pekerjaan (Job Analysis)

Digunakan untuk mengidentifikasi elemen kinerja dan kompetensi penting yang relevan dan dapat diamati. Analisis ini bisa menggunakan competency modeling sebagai pengganti metode klasik. Intinya, harus ada metode ketat untuk menentukan kompetensi yang akan dinilai.

2. Klasifikasi Perilaku

Perilaku peserta harus dikategorikan dalam bentuk dimensi, keterampilan, kompetensi, atau kemampuan tertentu.

3. Teknik Penilaian

Instrumen yang digunakan harus mampu menampilkan kinerja peserta terkait kompetensi utama yang dibutuhkan dalam pekerjaan.

4. Penilaian Beragam (Multiple Assessments)

Harus ada kombinasi teknik yang memungkinkan pengamatan perilaku terkait kompetensi kritis.

5. Simulasi

Metode penilaian wajib melibatkan simulasi yang relevan dengan pekerjaan.

Untuk seleksi awal, simulasi sederhana masih bisa diterima.

Untuk pengembangan karyawan tingkat tinggi, simulasi realistis (high fidelity) lebih disukai.
Simulasi harus menuntut peserta menunjukkan perilaku nyata, bukan hanya memilih jawaban atau menyatakan rencana tindakan.


6. Penilai (Assessors)

Peserta harus dinilai oleh beberapa penilai dengan rasio ideal 1:2. Penilai tidak boleh atasan langsung peserta, dan keberagaman (latar belakang, gender, level organisasi) sangat dianjurkan.

7. Pelatihan Penilai

Penilai harus mengikuti pelatihan khusus sebelum menilai. Biasanya, 2 hari pelatihan diberikan untuk setiap 1 hari proses assessment.

8. Pencatatan Perilaku

Penilai tidak boleh hanya mengandalkan ingatan. Mereka wajib mendokumentasikan perilaku peserta lewat catatan, checklist, atau rekaman video.

9. Laporan

Penilai diharapkan menyusun laporan awal berdasarkan catatan perilaku peserta.

10. Integrasi Data

Semua penilai harus menggabungkan hasil observasi mereka dengan metode tertentu, sehingga laporan akhir mewakili integrasi semua data yang relevan.


---

👉 Dengan memahami 10 elemen ini, organisasi dapat memastikan bahwa proses Assessment Center benar-benar valid, objektif, dan bermanfaat baik untuk seleksi maupun pengembangan karyawan.

Keadilan Dalam Wawancara Kerja

Pernah merasa wawancara kerja kamu gak adil?
Mungkin karena dua hal: bagaimana keputusan dibuat (keadilan prosedural) dan apa hasilnya (keadilan distributif).

Proses adil artinya:

Tes sesuai dengan pekerjaan

Kamu diberi kesempatan menunjukkan kemampuan

Kamu diperlakukan dengan hormat

Ada kejujuran dan umpan balik


Hasil adil artinya:

Keputusan berdasarkan kemampuan

Semua punya peluang yang sama

Kebutuhan khusus diperhatikan


Keadilan menciptakan kepercayaan.
Dan kepercayaan membangun tempat kerja yang lebih baik.

Affective traits

Affective traits adalah sifat atau kecenderungan emosional yang relatif stabil dalam diri seseorang. Ini mencerminkan bagaimana seseorang biasanya merasakan atau menanggapi suatu situasi secara emosional dalam jangka panjang.

Penjelasan Lengkap:

"Affective" = berkaitan dengan emosi/perasaan.

"Traits" = ciri kepribadian atau sifat yang konsisten.
Jadi, affective traits menggambarkan gaya emosional khas seseorang, misalnya:

Seberapa mudah ia merasa cemas (trait anxiety)

Seberapa sering ia merasa senang (trait positive affect)

Seberapa rentan ia terhadap emosi negatif seperti marah, sedih, atau takut (trait negative affect)


Contoh Affective Traits:

Trait Penjelasan Singkat

Trait anxiety Kecenderungan mudah merasa cemas
Trait anger Cenderung mudah marah atau tersinggung
Trait happiness Sering merasa bahagia atau puas
Trait empathy Mudah merasakan emosi orang lain
Trait sadness Lebih mudah merasa sedih dalam banyak situasi


Bedanya dengan Emosi Sementara:

Emosi sementara (state emotion): berubah-ubah tergantung situasi (contoh: hari ini kamu sedih karena hujan).

Affective traits: lebih konsisten dan stabil (contoh: kamu memang cenderung pemurung atau ceria, tidak tergantung cuaca).


Relevansi dalam Psikologi:

Affective traits mempengaruhi:

Perilaku kerja dan sosial

Kesehatan mental

Respons terhadap stres

Kepuasan hidup dan kerja

CELAH KELEMAHAN KORBAN YANG DILIHAT MANIPULATOR AGAR BISA DI EKSPLOITASI

- SENANG UNTUK MENYENANGKAN SEMUA ORANG.
- HAUS DENGAN, PENILAIAN, DAN PENERIMAAN 
 ORANG LAIN.
- SULIT UNTUK MENGEKSPRESIKAN EMOSI NEGATIF
SEPERTI KEMARAHAN , KETIDAKSETUJUAN,KETIDAKSABARAN
, DAN FRUSTRASI.
- KETIDAKMAMPUAN UNTUK BERSIKAP TEGAS DAN MENOLAK
 TAWARAN ATAU PROPOSAL ORANG LAIN DAN MENGHINDARI 
 KATA "TIDAK"
- PRIBADI YANG LEMAH ATAU
TIDAK ADA SAMA SEKALI DAN RASA IDENTITAS YANG RENDAH.
- TIDAK DAPAT MENGANDALIKAN DIRI SENDIRI DAN
TIDAK MERASA NYAMAN DENGAN DIRI SENDIRI.
- KETIDAKMAMPUAN UNTUK MELATIH PENGENDALIAN
 DIRI DAN SERING KALI TIDAK DAPAT MEMBANTU
 DIRI ANDA SENDIRI DI DALAM ATAU DI
LUAR SITUASI TERTENTU.

AREA-AREA UTAMA INI BIASANYA MERUPAKAN KERENTANAN
 YANG PALING MENONJOL YANG KITA ALAM
 DALAM HIDUP KITA. PENTING UNTUK MENYADARI
 KERENTANAN INI.

Irfan Umar SKom MSI
psikologi-pio.blogspot.com

Sasaran Empuk Manipulator

Individu yang Berada pada situasi meminggirkan harga diri mereka untuk memenuhi kebutuhan/tuntutan orang lain adalah pilihan manipulator untuk menjadi korban atau target.
Para pengendali (Controller) dan manipulator tertarik pada individu semacam ini karena mereka sulit dikendalikan, dicari-cari kesalahannya dan disesatkan.

Lalu Orang yang kesulitan untuk mengatakan tidak setuju dengan orang lain dan menolak orang lain Manipulator mencari individu-individu ini karena mudah diintimidasi untuk mendapatkan apa pun yang mereka butuhkan atau inginkan dari korban. 
Individu yang memiliki perasaan tidak berdaya dan mempunyai kepercayaan diri yang sangat lemah sering mengalami masalah berpisah dengan manipulator.

Irfan Umar SKom MSI 
psikologi-pio.blogspot.com

Dark Psychology (Narsissism)

Orang narsisis dikategorikan sebagai orang yang memiliki gambaran berlebihan tentang dirinya dan sering kecanduan berfantasi tentang dirinya sebagai orang luar biasa yang berada di atas orang lain. 

Mereka sangat rentan mengeksploitasi orang lain atau memanfaatkan orang lain demi keuntungan mereka sendiri. Dinyatakan juga bahwa orang narsisis akan bereaksi buruk ketika ego atau citra dirinya terancam dengan cara apa pun, dan mereka juga kesulitan untuk tetap tenang Ketika hal ini terjadi. 

Nama Narsisme diambil dari nama tokoh mitologi yang dikenal sebagai Narcissus, yang mengagumi dan mengagumi bayangan dirinya sendiri dan bahkan jatuh cinta pada dirinya sendiri. Dalam karyanya, Sigmund Freud juga menyatakan bahwa narsisme merupakan tahap normal dalam perkembangan seseorang ketika masih kecil. Namun, gangguan ini dianggap sebagai gangguan jiwa jika muncul kembali atau menetap setelah seseorang mengalami masa pubertas. 

Dark Psychology ( Machiavellianisme)

Machiavellianisme sebagian besar dikenal sebagai ciri kepribadian yang melibatkan manipulasi dan penipuan. 

Di dalamnya juga terdapat pandangan tertentu terhadap sifat manusia yang lebih condong ke sisi sinis dan tipe kepribadian ini selama ini dikenal dingin dan penuh perhitungan terhadap manusia lain. Ini pertama kali dijelaskan oleh Christie dan Geiss pada tahun 1970 dan ditranskripsikan sebagai proyeksi filosofi Niccolo Machiavelli, yang merupakan seorang penulis dan filsuf Italia. 

Hal ini
terkait dengan psikologi karena
pandangan politiknya yang dianggap licik, penuh tipu muslihat, dan penuh
perhitungan. Kemudian, ia ditambahkan
ke triad gelap karena kesamaannya
dengan psikopati dan narsisme dan
bagaimana hal itu mencirikan banyak
kepribadian yang tidak sepenuhnya
mencerminkan narsisme dan psikopat
melainkan pandangan dan keyakinan
Niccolo Machiavelli (Taylor, 2018).
Machiavellian menggunakan
kebohongan, kecurangan, dan penipuan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dan mencapai tujuan mereka.. Mereka tidak punya kebutuhan atau
keinginan untuk terhubung atau menjadi terikat secara emosional dengan seseorang dan memiliki emosi dan perasaan yang sangat dangkal. Inilah sebabnya mengapa mereka begitu nyaman atau hampir apatis terhadap gagasan menyakiti atau menipu seseorang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan darinya.

 Machiavellianisme adalah sebuah sikap yang sangat berbahaya yang dimiliki individu karena mereka biasanya sangat dingin, licik, ambisius, dan penuh perhitungan. Mereka tidak perlu memvalidasi diri mereka sendiri, namun mereka perlu berhasil dalam hal apa pun yang mereka kejar. 

Keyakinan mereka sangat bermasalah, dan mereka cenderung menipu atau memanipulasi orang lain hanya demi mencapai tujuan mereka. Mereka seperti dua kepribadian lainnya dalam triad karena kurangnya empati dan kemampuan mereka untuk menikmati menyakiti orang lain demi keuntungan pribadi.

Mereka tidak peduli dengan konsekuensi tindakannya atau dampaknya terhadap orang lain, meskipun mereka sadar sepenuhnya betapa destruktif dan menyakitkannya tindakan tersebut bagi orang tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang Machiavellian mungkin tidak sepenuhnya kekurangan empati. Mereka bahkan mungkin dapat memahami perasaan atau keadaan emosi orang lain—mereka hanya sangat apatis terhadap aspek tersebut dan tidak peduli (Taylor, 2018). 
Subkelompok Machiavellian tertentu dapat mengabaikan empati sepenuhnya dalam arti bahwa mereka tahu bahwa mereka merugikan orang tersebut melalui penipuan atau manipulasi, namun mereka membatasi perilaku reaktif ketika harus merespons kerugian yang mereka timbulkan. 
Menurut Taylor (2018), psikolog evolusioner menganggap hal ini bermanfaat bagi Orang-orang ini karena mereka tidak terkekang atau terdorong oleh hati nurani ketika harus mendapatkan apa yang mereka inginkan atau mencapai sesuatu berdasarkan kejatuhan orang lain. Mereka dapat memalsukan empati atau berpura-pura peduli, namun mereka sering kali menemukan cara untuk mengalihkan kesalahan atau menghindari tanggung jawab atas tindakan mereka melalui lebih banyak manipulasi atau dalam beberapa kasus, bahkan penyangkalan. 

Machiavellian berbahaya karena sikap apatisnya terhadap orang lain perasaan dan emosi. Mereka tidak peduli jika mereka menimbulkan trauma atau kerusakan pada kehidupan atau kesejahteraan orang lain. Yang mereka pedulikan hanyalah keuntungan mereka sendiri dan keuntungan yang dimilikinya. Ambisi mereka hampir menimbulkan rasa iri karena kemampuan mereka untuk sukses tanpa penyesalan atau penyesalan apa pun. 

Dark Psychology (Manipulation)

Berikut adalah beberapa alasan MENGAPA orang menjadi pengendali atau manipulator: 

- Mereka mempunyai kebutuhan untuk mendorong motivasi mereka sendiri dan keuntungan individu dengan mengorbankan orang lain. Mereka juga mempunyai kebutuhan yang kuat untuk
mencapai sentimen kekuasaan yang kuat dan dominasi yang terlibat dengan orang lain. 

- Mereka berkeinginan dan perlu merasa
bertanggung jawab dan berkeinginan
untuk meningkatkan sentimen kontrol
dan kekuasaan atas orang lain untuk
meningkatkan kepercayaan diri mereka.

- Lingkungan sekitar-kelelahan atau
kecapekan terhadap faktor lingkungan
dan lingkungan sekitarnya,
menganggapnya sebagai permainan
yang lebih dari merugikan orang lain 
atau berpotensi menghancurkan
kehidupannya. 

- Rencana menyamar, kriminal atau
hal lainnya, termasuk pengendalian
anggaran (biasanya terjadi ketika orang
kaya yang sudah tua atau tidak mengerti
apa pun, yang tidak terlindungi dengan
sengaja fokus hanya pada alasan untuk
mendapatkan sumber daya moneter
suatu target). 

- Fobia terhadap komitmen, 
dan mengakibatkan legitimasi (
berupaya meyakinkan diri sendiri
mengenai kelemahan perasaannya
sendiri). 

- Tidak adanya kendali atas perilaku yang
terburu-buru dan bermusuhan serta
mempraktikkan kendali atau manipulasi
yang bersifat pre-emptive atau
tradisionalis untuk menjaga citra pribadi
mereka. 

Gunakan untuk hal baik jangan
memanipulasi orang dan agar 
terhindar dari dimanipulasi orang. 


Brand Personality

Brand Personality 

Penelitian menemukan fakta bahwa: 

- Konsumen cenderung menentukan ciri-ciri produk/merek, seakan akan ciri-ciri itu sifat manusia. Mereka menganimasi setiap produk yang mereka kenal. Inilah yang disebut brand personality. 

- Brand personality menciptakan ekspektasi tentang ciri-ciri kunci, kinerja dan kegunaan produk, serta layanan yang mendampinginya. 

- Brand personality seringkali menjadi dasar hubungan jangka panjang konsumen dengan merek. 

Banyak contoh akan adanya brand personality ini, misalnya, banyak 
perusahaan mobil menciptakan mobil dengan berbagai macam model, 
ukuran dan warna, karena onsumen mengasosiasikan setiap model dengan kepribadian tertentu. Orang mengasosiasikan mobil Mercedes dengan kepribadian yang mapan, sedangkan BMW dengan pribadi yang berjiwa muda dan mengejar kesuksesan. Parfum Axe diasosiasikan dengan sensasi kejantanan, sedangkan Drakar dengan pribadi yang kuat. Produk seringkali juga diasosiasikan Dengan genders. Produk tertentu adalah produk pria dan yang lain produk wanita. 

Kenali Kepribadianmu Dengan Big Five

✨ “Kenali Kepribadianmu dengan Big Five!” ✨ 🔹 1. Neurotisisme – Cemas & mudah gugup (Kebaikan) ↔ Tenang & percaya diri 🔹 2. Ekstra...